Beritakota.id, Jakarta – Tingginya tingkat penetrasi internet Indonesia, mendorong pertumbuhan bisnis e-commerce. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, sepanjang tahun lalu bisnis e-commerce di Indonesia semakin menjanjikan. Di tengah pandemi, bisnis dagang berbasis digital ini bahkan diproyeksi tumbuh 33,2 persen dari 2020 yang mencapai Rp 253 triliun menjadi Rp337 triliun pada tahun ini.
Pertumbuhan perdagangan online yang sangat tinggi itu berkaitan dengan beberapa komponen penting di dalamnya, salah satunya adalah logistik. Logistik lebih dari sekedar pengiriman barang ke konsumen. Istilah logistik mencakup aspek yang jauh lebih luas seperti pergudangan, manajemen inventori, penagihan, pengemasan, label, pengiriman, cash on delivery, pembayaran, dan masih banyak lagi.
Berangkat dari hal tersebut itulah menjadi pijakan startup bidang agregator logistik bernama Shipper.id dengan nama resmi PT Shippindo Teknologi Logistik. Budi Handoko selaku CEO dan Co –Founder Shipper menjelaskan keberadaan Shipper perusahaannya menawarkan berbagai solusi logistik antara lain layanan perbandingan harga dari berbagai penyedia jasa logistik di Indonesia, penjemputan barang, tracking barang hingga fungsi customer service seperti klaim jika ada barang yang hilang.
Dalam sebuah kesempatan Shipper Journalist Academy yang berlangsung di warehouse dan fulfilment center Shipper yang berlokasi di pergudangan LOGOS, Bekasi- Jawa Barat Budi menyampaikan pertumbuhan e-commerce turut mendongkrak kebutuhan layanan logistik pergudangan dan fulfilment center.
Ia mengatakan, kuartal 1 tahun 2021, pihaknya mengelola sekitar 161 gudang dengan total luasan lahan lebih kurang 400.000 m2, sedangkan di akhir kuartal 2 tahun 2021 bertumbuh menjadi 222 gudang dengan total luasan lahan mendekati 600.000 m2 yang tersebar lebih dari 35 kota di seluruh Indonesia.
Kegiatan operasional pergudangan Shipper telah mendapatkan Sertifikasi Sistem Manajemen Kualitas ISO 9001:2015. Jaminan kualitas operasional merupakan salah satu bukti nyata komitmen perusahaan dalam meningkatkan kualitas pelayanan guna menunjang kebutuhan logistik pelanggan yang semakin bertambah.

Shipper telah bermitra dengan LOGOS, spesialis properti terrdepan di wilayah Asia Pasifik, untuk dua gudang unggulannya dalam rangka mendukung perkembangan bisnis di Indonesia. LOGOS memiliki lebih dari 8,9 juta m2 properti yang telah berjalan dan sedang dalam pembangunan, dengan nilai total sebesar US$17 milliar yang tersebar di 10 negara di Asia Pasifik.
Salah satu gudang unggulan Shipper adalah LOGOS Metrolink Logistics Hub di wilayah Bekasi, Jawa Barat. Dengan luasan sekitar 5,000 m2, Gudang ini telah beroperasi sejak 2020 dan telah mengakomodir proses fulfillment para pelanggan Shipper.
“Shipper telah bermitra dengan LOGOS untuk 2 gudang unggulan kami dengan lokasi dan akses terbaik yang dibangun sesuai standar internasional. LOGOS juga dapat menyesuaikan spesifikasi gudang berdasarkan kebutuhan kami,” ungkap Budi.
Stephen Hawkins, LOGOS’ Managing Director, mengatakan bahwa LOGOS berkomitmen untuk menyediakan fasilitas logistik terbaik di kelasnya untuk memenuhi pertumbuhan pasar di Indonesia.
“Kami senang dapat mendukung pertumbuhan Shipper di Indonesia melalui Gudang Metrolink Logistics Hub kami di wilayah Bekasi dan Gudang Distribution Center di wilayah Cileungsi,” tambahnya.
Tren Bisnis Fulfillment Meningkat
Sementara itu, saat diwawancara di kesempatan terpisah Chairman Supply Chain Indonesia Setijadi berpendapat, seiring perubahan perilaku belanja masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari saat ini telah bergeser dari offline ke online melalui marketplace.
Lanjutnya, Covid-19 telah mengubah arah penjualan online secara signifikan. E-Commerce telah beralih dari yang tadinya dianggap sebagai penggangu dalam proses transaksi berbelanja tradisional, sekarang menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia.
Banyak konsumen pengguna e-commerce yang mengaku mengalami peningkatan kebergantungan untuk berbelanja online selama pandemi. Konsumen yang sebelumnya masih kurang percaya untuk menggunakan e-commerce, kini mau tidak mau harus mengandalkan e-commerce karena merupakan pilihan satu-satunya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan mereka di masa pandemi ini.
“Sebab itu dengan adanya permintaan kecepatan permintaan barang, perusahaan-perusahaan harusnya menyiapkan fulfilment center /gudang-gudang difungsikan untuk proses pemenuhan-pemenuhan permintaan pelanggan di wilayah tertentu,”ujar Setijadi.
Jadi jika ada permintaan kapanpun dan dalam jumlah berapa pun bisa dikirimkan secara cepat. Sementera kalau bicara e-commerce itu sifatnya business to consumer. Kalau platform e-commerce, konsumen bisa beli walau satu barang. Dan ini tidak mungkin dipenuhi kalau berada di lokasi gudang yang jauh, sehingga permintaan ini bisa dipenuhi dengan fulfillment center ini.
Fasilitas Bersama
Menurutnya, Fulfillment Center ini jauh lebih efesien dan murah jika dioperasikan pihak ketiga hal ini tentunya akan memangkas biaya investasi dan biaya operasional. Kalau fulfillment dioperasikan sendiri itu harus menanggung biaya investasi dan juga biaya operasional dan berakibat biaya mahal. Lain halnya, jika dioperasikan pihak ketiga akan ada pelayanan perusahaan bersama dan costnya akan murah.
“Karena jika skala kapasitas makin besar, skala ekonomi makin tinggi tentu biaya persatuan unit barang itu akan murah, dan itu yang disebut sharing facilities. Ada satu fasilitas bersama yang digunakan banyak perusahaan untuk fulfillment center yang dioperasikan pihak ketiga,” tandasnya.