Beritakota.id, Jakarta – Dewan Pimpinan Daerah Association of The Indonesia Tour & Travel Agencies (ASITA) DKI Jakarta mengajak para peserta seller dan buyer Asita Jakarta Travel Mart (AJTM) 2022 farewell dinner di wisata ikonik Old Shanghai Sedayu City pada Kamis, 29 September 2022.
Ketua DPD Asita DKI Jakarta, Hasiyanna S Ashadi mengatakan acara ini merupakan farewell dinner dengan selesainya AJTM 2022 dengan para peserta antara buyer dan seller. Sekaligus digabung dengan welcome dinner untuk peserta-peserta yang akan mengadakan rakernas DPP ASITA.
“Karena ini merupakan destinasi yang baru dan belum banyak yang tahu, oleh karena itu para peserta yang dihadiri oleh BPW/APW ini harapannya nanti mereka bisa membawa tamunya kemari. Dan harapan Kami ASITA bisa kerja sama dengan Sedayu City berjalan dengan baik lagi,” ungkapnya.

Hasiyanna menjelaskan, badai pandemi yang berlangsung selama dua tahun ini tak menyurutkan pelaku bisnis pariwisata, hal itu terlihat dari antusias dan animo para seller dan buyer yang mengikuti AJTM 2022. Pihaknya pun percaya biro perjalanan wisata ini masih dibutuhkan kedepannya, tentunya dengan kerja sama yang erat dan cara-cara yang baru menyesuaikan zaman ini yang serba digital dan medsos yang bisa dipakai oleh BPW untuk menambah pemasukannya dan bisnisnya.
“Kalau usaha-usaha digital ini bisa menempatkan pada tatanan sedemikian rupa/ tata niaga pariwisata kita gak bertubrukan, asal masing-masing pada posisinya. Sebab itu, kami mengajak kepada teman-teman BPW/APW agar percaya diri dan optimis bahwa bisnis ini masih baik,”paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DPP ASITA Artha Hanif berterima kasih atas jamuan Sedayu City di Old Shanghai ini. Tentunya ini Old Shanghai menjadi salah satu rujukan wisata di Jakarta bagi para biro perjalanan wisata, baik teman-teman buyer maupun seller AJTM yang hadir malam ini.
Berlokasi di Sedayu City Kelapa Gading, Old Shanghai mengkurasi lebih dari 80 tenant dan menjadi rumah dari berbagai tempat makan dengan sajian ala kaki lima, peranakan hingga beragam kuliner halal dan non halal.
Didukung oleh arsitektur dan desain interior yang unik dan kental akan suasana kota Shanghai, pengunjung dapat berfoto di berbagai instagramable photo spots yang tersedia, sambil menikmati makanan lezat yang ditawarkan. Adapun berbagai spot foto menarik tersebut seperti area dragon alley, kolam Pagoda, gazebo dan plaza. Berbagai mural artistik di Old Shanghai menggambarkan budaya tradisional atau cerita khas kota besar di Negeri Tiongkok seperti mural Dragon & Phoenix, Mural Barongsai, Mural Kahyangan, Mural Sun Go Kong, Mural Chinese Opera, dan Mural Chinese Kiosk. Di Old Shanghai, patung Dewi Mazu juga dihadirkan sebagai lambang kebaikan. Dan beliau juga dikenal sebagai Dewi Samudra, penolong para pelaut dan perantau. Maknanya dengan adanya Dewi Mazu dapat memberikan inspirasi semangat juang dan selalu berbagi kebaikan bersama.
Kendati demikian, ada beberapa masukan dari para pengunjung agar perlunya diatur sedemikian rupa untuk zonasi kuliner halal dan tidak halal. Zonasi kuliner ini guna memberikan rasa nyaman secara psikologis bagi para pengunjung warga muslim, dan tentunya seiring dengan halal tour muslim yang digalakkan oleh pemerintah, serta dalam waktu dekat makanan halal akan dipaksakan oleh undang-undang untuk sertifikasi halal demi memberikan rasa nyaman.
Respon (2)