Beritakota.id, Jakarta – Hari anak Jakarta Membaca menjadi momen penting bagi anak-anak di Ibu kota Jakarta. Perayaan tahunan ini diperingati setiap tanggal 24 Agustus yang diinisiasi oleh pemerintah DKI Jakarta. Selain bertujuan menyemarakkan cinta akan bacaan, tetapi juga menyuarakan pesan penting tentang inklusi dan diversitas.
Di tengah banyaknya kegiatan yang dibuat dalam rangka memeriahkannya, perlu juga bagi kita untuk merefleksikan bagaimana literasi dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan anak-anak dari berbagai latar belakang. Menjembatani kesenjangan dari sisi akademis dan mendorong pengertian yang lebih agar mereka dapat menikmati lingkungan yang menstimulasi semangat belajar dan membaca.
Walaupun angka minat baca warga Jakarta cukup tinggi yaitu mencapai 72,36% hasil survei Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jakarta tahun 2021. Tapi jika kita bandingkan dengan jumlah yang menonton TV maupun mengakses media sosial tentulah masih kalah jauh. Gambaran secara nasional perbandingan penduduk terhadap akses bacaan sebagai berikut:

Konfirmasi data ini memberitahu kita akan kondisi secara umum ditengah-tengah Masyarakat. Mengenai persentase yang jauh berbanding terbalik antara menonton televisi mencapai 90% lebih dengan membaca surat kabar/majalah tidak sampai 20%. Data di atas diperkuat lagi menurut Adi Ahdiat (databooks, 2022) bahwa konsumsi media paling tinggi adalah media sosial dan televisi.

Media sosial menurut data survei Global Web Index (GWI) menjadi media nomor satu paling banyak diakses khususnya oleh konsumen Indonesia yaitu sebanyak 2 jam 28 menit atau 148 menit per harinya. sedangkan yang paling sedikit adalah media cetak yakni tidak sampai 1 jam per hari.
Jadi sepertinya budaya membaca perlu ada perhatian lebih serius, agar nuansa iklim akademis tumbuh ditengah-tengah masyarakat sehingga mampu bersaing dengan bangsa lain dalam hal Pendidikan. Bukan hanya dari sisi rajin membaca saja memang, akan tetapi dari sinilah harapan itu akan muncul, terlebih masih adanya kesenjangan dalam distribusi bahan bacaan.
Mengatasi Batasan dengan Buku
Terkait Inklusi, yang dimaksud adalah bagaimana sekolah dapat mengakomodir semua anak tanpa membedakan kondisi mereka seperti perbedaan fisik, intelektual, sosial emosional, suku, agama ras dan antar golongan (SARA), lingustik atau anak dengan berkebutuhan khusus.
Salah satu aspek kunci dari inklusi dalam hari anak Jakarta Membaca adalah kesempatan bagi semua anak untuk terlibat dalam kegiatan literasi. Perlu lebih banyak inisiatif lagi agar anak-anak dari berbagai kalangan di penjuru Jakarta memiliki akses yang setara terhadap buku-buku berkualitas.
Permasalahannya adalah di aksesibilitas, jika permasalahan ini bisa diatasi kesenjangan akademis dapat diperkecil dan anak-anak yang mungkin terabaikan memiliki peluang yang sama untuk berkembang. Berikut beberapa contoh inisiatif untuk melerai permasalahan aksesibilitas ini, memang sebagian sudah mulai dijalankan akan tetapi harus dimaksimalkan lagi hingga sampai ke mereka yang paling membutuhkan.
1. Program perpustakaan keliling: untuk tempat yang jauh dari pusat kota
2. Kemitraan dengan sekolah atau komunitas: Donasi maupun pinjaman buku di lingkungan yang kurang beruntung.
3. Buku audio atau digital: sangat dibutuhkan bagi anak yang memiliki hambatan visual ini sangat berguna.
4. Membuat buku dalam Bahasa lokal: menggunakan bahasa Betawi misalnya
5. Mendorong penulis lokal: menciptakan karya yang lebih relevan karena mencerminkan pengalaman anak-anak setempat.
6. Membuat klub/grup menulis anak: membuat anak-anak termotivasi dengan teman sejawat agar memiliki karya.
7. Keterlibatan pihak industri atau Lembaga Pendidikan tinggi dalam program pengabdian
Menjembatani Perbedaan Melalui Cerita
“Buku adalah jendela dunia”. Untuk mengenal ragam budaya, tradisi dan perspektif kita bisa hanya dengan membaca buku. Hari Anak Jakarta Membaca adalah kesempatan untuk menghargai keragaman ini di kota Jakarta. Kota Jakarta dengan berbagai suku, agama, dan etnis menjadi bukan hanya sekedar pengenalan, tetapi juga pembelajaran pengalaman hidup yang berbeda.
Buku-buku dapat menjadi alat untuk mengajarkan pentingnya menghormati dan menerima perbedaan, memupuk generasi yang lebih toleran dan terbuka. Melalui cerita dapat memberikan efek yang kuat untuk mengajarkan anak-anak tentang inklusi, diversitas dan empati.
Contoh kongkretnya membaca buku dengan tokoh multikultural, cerita kebudayaan dan tradisi atau di dalam keluarga secara kolaboratif antar generasi yang melibatkan orang tua, kakek, nenek, dan anggota keluarga lainnya dalam sesi membaca bersama-sama. Melalui cerita, anak-anak dapat merasakan empati, memahami perbedaan, dan belajar untuk menghargai keanekaragaman kehidupan. Cerita-cerita ini menciptakan peluang untuk membuka dialog, merangsang diskusi, dan membangun dasar pengertian yang kuat tentang inklusi dalam masyarakat.
Partisipasi Bersama untuk Menciptakan Masa Depan yang Inklusif
Inklusi dan diversitas tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau lembaga pendidikan. Semua pihak secara keseluruhan berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif bagi anak-anak. Masyarakat, orang tua, guru, media, publik figur, influencer, penulis, dan juga penerbit memiliki peran dalam memastikan bahwa bacaan yang mencerminkan keragaman tersedia dan diakses oleh anak-anak.
Kolaborasi antara berbagai entitas dalam masyarakat dapat menghasilkan dampak positif yang lebih besar, menciptakan generasi yang bersemangat untuk belajar dan berbagi pengetahuan. Semua upaya yang dilakukan bersama-sama akan membantu membangun lingkungan yang mendukung perkembangan anak-anak dari segala latar belakang.
Mengakhiri Pemikiran Stereotip
Persepsi anak-anak terbangun dari salah satunya adalah bahan bacaan. Literasi juga memiliki peran penting dalam mengatasi pemikiran stereotip yang membatasi persepsi anak-anak tentang diri mereka sendiri maupun orang lain. Dengan mencoba mengeksplorasi berbagai jenis buku bacaan yang mencakup tokoh-tokoh yang inspiratif akan mampu membentuk pandangan yang lebih inklusif dan kepercayaan diri yang kuat.
Hari anak Jakarta membaca merupakan panggung yang sempurna untuk mengampanyekan inklusi dan diversitas melalui literasi. Ini menjadi kesempatan bagi siapa saja untuk dapat berkontribusi mulai dari hal yang kecil dalam lingkup keluarga maupun di Masyarakat. Masa depan yang lebih cerah dan inklusif bagi anak-anak Jakarta dapat dibentuk dengan Kerja sama. Semoga kita dapat mengukir jejak positif dalam kehidupan bermasyarakat yang beraneka ragam.
Penulis: Rahmadi, SE., M.Ak Dosen Telkom University