Beritakota.id, Jakarta – Kesepakatan gencatan senjata antara Israel-Lebanon berpotensi besar sebagai sentiment geopolitik yang dapat membawa harga minyak mentah lebih rendah. Namun demikian, semakin kita dekat dengan tanggal 1 Desember, prospek kenaikan permintaan minyak dan rencana pertemuan OPEC+ menjadi fokus utama pelaku pasar minyak.
Menteri energi Arab Saudi, Rusia, dan Irak bertemu di Baghdad pada hari Selasa (26/11/2024), tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ini membuat pendulum harga telah berayun ke kanan atas prospek penundaan peningkatan produksi. Merespon hal ini. Harga ICE Brent kembali berada di kisaran $73,50 per barel.
Pasar menyimak pertemuan OPEC+ yang tidak lagi dilakukan secara tatap muka langsung. OPEC+ akan mengadakan pertemuan kebijakan yang sangat dinanti-nantikan secara daring. Para pelaku pasar sendiri berspekulasi tentang Arab Saudi dan Rusia. Keduanya diyakini membuka potensi untuk menunda peningkatan produksi tanpa batas waktu. Hal ini mengingat permintaan global yang lemah saat ini.
Baca juga : Eskalasi Rusia – Ukraina Meningkat, Harga Minyak Naik Tipis
Cina sendiri telah mengeluarkan kuota impor minyak mentah tambahan sebesar 5,84 juta ton (setara dengan hampir 120.000 barel per hari) kepada penyuling independen sehingga mereka dapat meningkatkan operasi penyulingan pada sisa minggu-minggu di tahun 2024, khususnya perusahaan independen utama Hengli. (Lukman Hqeem)