Beritakota.id, Jakarta – “Dirty Angels” adalah film aksi-thriller produksi tahun 2024 yang disutradarai oleh Martin Campbell. Sebelumnya ia dikenal melalui karya-karyanya seperti “Casino Royale” dan “GoldenEye”. Film ini menampilkan Eva Green sebagai Jake, seorang tentara tangguh yang memimpin tim komando wanita dalam misi penyelamatan sekelompok gadis remaja yang diculik oleh ISIS di Pakistan.
Secara singkat, film ini mengisahkan aksi pembebasan sekelompok gadis remaja dari sekolah internasional di Pakistan diculik oleh ISIS. Misi ini akhirnya dipimpin oleh Jake (yang diperankan Eva Green) dibantu sekelompok wanita yang menyamar sebagai petugas medis. Tim ini terdiri dari berbagai spesialis, termasuk Geek (Jojo T. Gibbs) sebagai ahli teknologi, The Bomb (Maria Bakalova) sebagai ahli bahan peledak, dan Shooter (Emily Bruni) sebagai penembak jitu. Mereka harus menghadapi berbagai rintangan di wilayah konflik yang dikuasai oleh Taliban dan ISIS.
Tokoh Jake menjadi jantung dari Dirty Angels, membawa intensitas emosional dan kekuatan yang membuat film ini memiliki daya tarik tersendiri. Meski pengembangannya kurang optimal, performa Eva Green berhasil menjadikan Jake karakter yang menarik dan penuh potensi. Dengan eksplorasi yang lebih mendalam, Jake bisa menjadi ikon dalam genre aksi yang tidak hanya menonjolkan kekuatan fisik tetapi juga kedalaman emosional.
Baca juga : Film Devil Stay, Praktik Pengusiran Setan Ala Korea Selatan
Eva Green Sebagai Jantung Film Ini
Penampilan Eva Green sebagai Jake menjadi elemen yang paling menonjol dalam film ini. Ia digambarkan sebagai seorang tentara berpengalaman dengan latar belakang yang keras dan penuh trauma. Dari permukaan, ia terlihat kuat, tegas, dan sangat terampil dalam perannya sebagai pemimpin. Namun, di balik sikap tangguhnya, terdapat jejak trauma pribadi yang membentuk motivasinya.
Sebagai pemimpin, Jake tidak hanya menjadi komandan tetapi juga pelindung bagi timnya. Ia ditampilkan sebagai sosok yang peduli, dengan naluri untuk melindungi anak buahnya meskipun harus mengambil risiko besar. Keputusan-keputusan Jake sering kali didorong oleh rasa keadilan dan moralitas, terutama dalam menyelamatkan gadis-gadis remaja dari ancaman ISIS. Interaksinya dengan anggota tim menunjukkan gaya kepemimpinan yang tegas namun penuh empati, memberikan kedalaman pada hubungan antarkarakter.
Bisa dikatakan bahwa Eva Green memberikan penampilan yang sangat mengesankan sebagai Jake. Aktris ini mampu menangkap nuansa dari karakter yang keras namun rapuh, menciptakan seorang protagonis yang mudah diingat. Dari ekspresi wajah hingga bahasa tubuhnya, Green menyampaikan ketegangan internal Jake dengan sangat meyakinkan. Adegan-adegan aksi yang intens juga memperlihatkan dedikasinya dalam membawa karakter ini hidup, membuatnya menjadi daya tarik utama film.
Meskipun Jake adalah tokoh yang kuat, ada sejumlah hal yang menjadi lubang dalam film ini. Salah satunya adalah kurangnya eksplorasi yang lebih dalam terhadap karakternya. Latar belakang Jake hanya disinggung secara dangkal, tanpa memberikan kesempatan bagi penonton untuk sepenuhnya memahami trauma atau perjuangan internalnya. Ini menciptakan jarak emosional yang membuat beberapa momen dramatis terasa kurang berdampak.
Pun demikian, Jake juga mewakili tema kekuatan perempuan dalam menghadapi situasi ekstrem. Sebagai pemimpin tim komando wanita, ia mematahkan stereotip tradisional tentang gender dalam film aksi. Namun, film ini terkadang lebih fokus pada aksi dan misi daripada menggali aspek-aspek sosial atau politik yang dapat memperkaya narasi tentang karakter seperti Jake.
Reputasi Martin Campbell Tak Terbantahkan
Sebagai sutradara dalam Dirty Angles, Martin Campbell, membawa reputasi sebagai pembuat film aksi dengan gaya yang terasah melalui karya-karya sebelumnya. Ia konsisten menunjukkan beberapa ciri khas penyutradaraannya, tetapi film ini juga memperlihatkan tantangan dan keterbatasan yang dihadapi dalam konteks cerita dan karakter.
Dikenal karena keahliannya dalam menciptakan adegan aksi yang memukau dan mendalam secara visual, Campbell menampilkan baku tembak yang intens, ledakan dramatis, dan koreografi pertempuran yang dirancang dengan presisi. Penggunaan ruang, terutama dalam lingkungan konflik yang sempit dan berbahaya, menciptakan rasa ketegangan yang nyata. Ia berhasil membuat aksi terasa visceral dan mendebarkan, menegaskan reputasinya sebagai salah satu sutradara terbaik dalam genre ini.
Di bawah arahan Campbell, Dirty Angels sangat bergantung pada penampilan Eva Green sebagai Jake. Keputusan ini cerdas, mengingat Green adalah seorang aktris yang mampu membawa kedalaman emosional pada karakternya. Campbell memberikan ruang bagi Green untuk bersinar, terutama dalam momen-momen introspektif dan konfrontasi moral, yang menambahkan dimensi manusiawi pada narasi yang penuh aksi.
Meski secara teknis mengesankan, Dirty Angels terkadang terasa kurang mendalam dalam hal narasi. Campbell, yang sebelumnya sukses menggarap cerita kompleks seperti di Casino Royale, tampaknya tidak memberikan perhatian yang cukup pada eksplorasi tematik dalam Dirty Angels. Konflik budaya, politik, dan sosial yang menjadi latar cerita tidak diolah dengan detail yang memadai, membuat latar Timur Tengah hanya terasa sebagai pengaturan generik untuk aksi, bukan elemen yang organik dalam cerita.
Secara visual, Campbell membawa sentuhan khasnya: penggunaan sudut kamera dinamis dan sinematografi yang mempertegas ketegangan dalam setiap adegan. Namun, dibandingkan karya-karya sebelumnya, Dirty Angels terasa kurang inovatif. Pendekatan visualnya meski efektif, tidak meninggalkan kesan mendalam atau menawarkan sesuatu yang benar-benar baru dalam genre aksi modern.
Ritme Cepat Anti Membosankan
Kekuatan Campbell adalah kemampuannya menjaga ritme cerita yang cepat dan menghindari momen yang membosankan. Namun, di sisi lain, ada kesan bahwa film ini terlalu mengandalkan adegan aksi, sementara pengembangan karakter pendukung dan narasi yang lebih kompleks terabaikan. Campbell juga dikritik karena tidak memberikan perhatian yang cukup pada elemen emosional yang lebih dalam, membuat film ini terasa lebih seperti tontonan aksi semata daripada eksplorasi dramatis yang bermakna.
Pada akhirnya, ia tetap membawa pengalaman dan keahliannya dalam membuat film aksi ke Dirty Angels. Film ini menunjukkan kekuatannya dalam menciptakan adegan penuh ketegangan dan ritme yang cepat. Namun, kurangnya pengembangan cerita dan eksplorasi tematik yang lebih mendalam membuat film ini tidak mencapai potensi penuh. Bagi penggemar aksi, Dirty Angels masih merupakan bukti kemampuan Campbell, tetapi bagi mereka yang mengharapkan cerita dengan kedalaman emosional dan intelektual, film ini mungkin terasa kurang memuaskan.
Dirty Angles bisa jadi memiliki cerita yang “usang” dengan karakter satu dimensi serta penyederhanaan budaya dalam latar Timur Tengahnya”. Tetap saja dari segi aksi, film ini menampilkan adegan kekerasan yang intens, dengan “baku tembak berkepanjangan dan ledakan Humvee”. Harus diakui bahwa sejumlah aksi kekerasan tersebut tidak diimbangi dengan pengembangan karakter yang memadai, sehingga “sulit merasakan bobot emosional di tengah ledakan dan tembakan otomatis”.
Secara keseluruhan, “Dirty Angels” menawarkan premis yang menarik dengan menampilkan tim komando wanita dalam misi berbahaya. Meskipun, eksekusinya dianggap kurang berhasil, dengan naskah yang “terasa usang” dan “pengembangan karakter yang minim”.
Bagi penggemar film aksi yang mencari tontonan dengan adegan pertempuran intens dan penampilan kuat dari Eva Green, “Dirty Angels” mungkin layak untuk disaksikan. Namun, bagi mereka yang mengharapkan cerita dengan kedalaman emosional dan pengembangan karakter yang lebih baik, film ini mungkin kurang memuaskan. (Lukman Hqeem)