Beritakota.id, Jakarta – Dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, GIZ Indonesia dan Unilever Indonesia, bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, secara resmi meluncurkan proyek Scaling Up Local Enterprise on Waste Management in Indonesia (SULE-WM) di Jakarta, Kamis (13/2/2025).
Inisiatif ini turut melibatkan mitra implementasi yakni Ecoxyztem dan Greeneration Foundation. Tujuannya adalah meningkatkan skala usaha pengelolaan sampah lokal guna menciptakan lebih banyak peluang kerja ramah lingkungan melalui inovasi, peningkatan kapasitas, serta kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.
Proyek SULE-WM akan menggandeng lima perusahaan pengelolaan sampah lokal. Selain memperkuat kapasitas perusahaan pengelolaan sampah, proyek ini juga akan memberikan edukasi kepada lebih dari 20.000 orang agar dapat terlibat aktif sebagai bagian dari ekosistem pengelolaan sampah yang komprehensif.
Pada kesempatan ini, para mitra dan kolaborator memaparkan visi serta misi SULE-WM dalam menciptakan ekosistem bisnis berkelanjutan bagi UMKM di sektor pengelolaan sampah. Proyek yang akan berlangsung selama 21 bulan ini akan memberikan dukungan pelatihan, mentoring, serta pendanaan bagi para pelaku usaha pengelolaan sampah lokal. Dukungan pendanaan sebesar Rp 1 miliar akan diberikan kepada UMKM yang berfokus pada solusi inovatif dalam daur ulang dan pengelolaan sampah, guna membantu mereka dalam mengembangkan model bisnis yang berkelanjutan.
Proyek SULE-WM menargetkan pengumpulan dan pengelolaan 3.000 ton sampah plastik, yang diharapkan dapat mengurangi 5.070 ton CO2 ekuivalen. Selain itu, proyek ini juga akan memberdayakan 200 pekerja informal, dengan memberikan mereka pelatihan keamanan kerja, literasi keuangan, serta akses layanan kesehatan, guna meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme mereka dalam industri pengelolaan sampah.
Ibu Wistinoviani Adnin, Plt. Koordinator Direktorat Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyatakan, “Pemerintah telah menerapkan berbagai kebijakan pengelolaan sampah yang membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif dari berbagai pihak, baik dari sisi hulu maupun hilir. Inisiatif seperti proyek SULE-WM menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan sampah membutuhkan peran multisektor karena merupakan bagian dari pembangunan sosial dan ekonomi yang berkelanjutan. Kami mengapresiasi langkah GIZ Indonesia dan Unilever Indonesia yang berkontribusi dalam pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular.”
Pentingnya Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah
Roy Andy Panjaitan, Private Sector Development Advisor & Project Coordinator for Public-Private Partnership (develoPPP) GIZ Indonesia, ASEAN & Timor-Leste, menekankan pentingnya perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah.
“Salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah adalah bagaimana mengubah perspektif masyarakat dan pelaku usaha untuk melihat sampah sebagai sumber daya. Melalui proyek SULE-WM, GIZ Indonesia mendukung pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dengan mengembangkan model bisnis berkelanjutan bagi UMKM dan menciptakan solusi berbasis inovasi yang dapat diterapkan secara luas.”
Proyek ini akan diimplementasikan dalam beberapa fase, dimulai dengan melakukan pendampingan terhadap lima perusahaan pengelola sampah lokal yang terlibat, yaitu Perkumpulan Arta Jaya (Medan), Persada Langgeng Makmur (DI Yogyakarta & Jawa Tengah), Bali Recycle Center (Bali), Lohjinawi Logistic (Surabaya) dan Azzahra Multi Solusindo (Jakarta Selatan).
Selanjutnya dilakukan mentoring dan pitching, di mana tiga perusahaan terbaik akan terpilih untuk mengikuti fase implementasi lanjutan. Proyek ini akan ditutup dengan impact exhibition dan business matchmaking, yang memungkinkan para pelaku usaha untuk memperluas jejaring serta memperoleh peluang kemitraan strategis.
Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia, menegaskan komitmen perusahaan dalam mencapai keberlanjutan di sektor plastic.
“Unilever memiliki empat fokus utama dalam keberlanjutan, yaitu iklim, alam, plastik, dan mata pencaharian. Pada pilar plastik, kami menargetkan bahwa paling lambat tahun 2025, Unilever akan mengurangi penggunaan plastik baru, mempercepat penggunaan plastik daur ulang, meningkatkan keterdaurulangan kemasan, serta mengumpulkan dan memproses lebih banyak kemasan plastik dibandingkan yang digunakan untuk menjual produk.”
Baca juga : Gandeng Baznas, Unilever Indonesia Berbagi 50000 Paket Buka Puasa di 24 Kota Selama Ramadan
Pembangunan Ekosistem Inklusif Pengelolaan Sampah
Maya menambahkan “proyek SULE-WM merupakan bagian dari upaya Unilever dalam membangun ekosistem pengelolaan sampah yang lebih inklusif. Kami percaya bahwa kolaborasi lintas sektor, termasuk sektor UMKM, memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah, khususnya plastik. Melalui SULE-WM, kami ingin memberdayakan inovasi lokal agar dapat berkembang dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Dengan kerja sama yang erat, kami optimis dapat menciptakan perubahan positif dalam skala yang lebih luas, menuju lingkungan yang lebih hijau dan berkelanjutan.”
Dukungan dari berbagai pemangku kepentingan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas UMKM dalam menciptakan solusi pengelolaan sampah yang lebih luas dan berdampak positif bagi masyarakat serta lingkungan. Selain itu, proyek ini membuka peluang kolaborasi antara UMKM, perusahaan, dan pemerintah dalam membangun rantai nilai pengelolaan sampah yang lebih efisien dan efektif.
Dengan inovasi teknologi serta model bisnis yang tepat, UMKM dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sekaligus membuka lebih banyak lapangan pekerjaan hijau bagi masyarakat Indonesia. (Herman Effendi/Lukman Hqeem)