Opini  

Pertemuan Qasim-Menag: Gaza Lihat Fase Penting Dakwah Akhir Zaman

Foto kiri ke Kanan: Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar dan Muhammad Qasim
Foto kiri ke Kanan: Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar dan Muhammad Qasim

Beritakota.id, Jakarta – Ketua Gerakan Akhir Zaman (GAZA), Raden Diki Candra Purnama menilai, pertemuan Muhammad Qasim dengan Menteri Agama Republik Indonesia beberapa waktu lalu merupakan terobosan yang sangat penting bagi GAZA yang menunjukkan bahwa narasi atau dakwahnya mulai diterima oleh sebagian pihak resmi di Indonesia.

Muhammad Qasim bin Abdul Karim adalah seorang pria asal Lahore, Pakistan, yang menjadi perbincangan hangat di kalangan umat Muslim karena klaimnya menerima serangkaian mimpi profetik sejak usia 13 tahun. Mimpi-mimpi tersebut, yang diklaimnya sebagai pesan dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, berfokus pada peringatan akhir zaman, ajakan menjauhi syirik, dan prediksi mengenai masa depan dunia Islam.

“Pertemuan tersebut membuka peluang lebih besar untuk dikenal oleh masyarakat luas, termasuk kalangan pesantren, birokrat, bahkan mungkin TNI. Hal tersebut juga sebagai langkah pengesahan sosial (social endorsement), meski belum tentu pengesahan keagamaan,” ujar Diki kepada wartawan, Selasa (1/7/2025), di Jakarta.

Dijelaskan Diki, dalam banyak mimpi Muhammad Qasim, ia selalu melihat penolakan berulang, lalu sedikit demi sedikit diterima. Contohnya, dalam beberapa mimpi 2017–2020 ia sering diceritakan “datang ke Pakistan Army, politisi, dan ulama” namun banyak yang menolak atau ragu. Qasim bermimpi akan ada negara lain yang lebih dulu mempercayainya. Sebagian orang meyakini ini adalah Indonesia, Turki, atau Malaysia.

Indonesia, kata Diki, akan berperan penting mendukung Muhammad Qasim. Akan ada tokoh besar atau pejabat muslim Indonesia yang membuka pintu baginya. Sebaliknya, ada juga mimpi penolakan atau peringatan. Sebagian bermimpi jika diterima secara resmi terlalu cepat, dakwah Qasim justru akan disusupi atau dikotori ambisi politik. Ada yang bermimpi, Indonesia hanya akan mendukung setelah fitnah besar terjadi di Timur Tengah.

Pertemuan tersebut, tambah Diki, memang bisa menjadi jalan takdir kedekatan (sebab musabbab). Namun, jika setelah pertemuan timbul fitnah, bisa jadi justru menjadi ujian penentuan. Dalam sejarah pergerakan, Hampir semua pembaharu, wali, dan ulama ketika mulai diterima oleh pihak berkuasa, selalu mengalami dua hal yaitu ujian lebih besar, fitnah, atau pengkhianatan. Kedua, jalannya dakwah menjadi lebih luas,” imbuhnya.

“Kami dari GAZA menilai pertemuan Muhammad Qasim dengan Menteri Agama Indonesia adalah fase penting, dan memang terlihat semakin dekat pada klaim takdirnya. Dari mimpi-mimpinya sendiri, ini sesuai dan sedikit demi sedikit diterima. Dari mimpi orang lain: ada yang mendukung, ada yang memperingatkan tentang bahaya fitnah. Secara syariat dan sunnatullah: ini hanya salah satu sebab; takdir final tergantung kesabaran, keikhlasan, dan kehendak Allah,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *