Beritakota.id, Jakarta – Pada awal 2020, Vivo mengoperasikan sembilan pusat riset dan pengembangan (R&D) di berbagai kota strategis dunia. Kini, jumlah itu telah bertambah menjadi sepuluh lokasi independen. Ini sebagai bukti nyata komitmen Vivo untuk memperkuat inovasi, khususnya di bidang pencitraan ponsel dan kecerdasan buatan (AI).
Awalnya, Vivo hanya memiliki R&D center di Shenzhen, Dongguan, Nanjing, Beijing, Shanghai, Hangzhou, Taipei, Tokyo, dan San Diego. Tambahan lokasi baru muncul pada 2021 dengan pembukaan pusat di Xi’an, Tiongkok, sehingga total menjadi 10 situs.
Pusat R&D Tokyo sendiri diresmikan secara resmi pada awal 2022, dengan fokus khusus pada inovasi teknologi pencitraan seluler profesional. Ini merupakan kerjasama strategis dengan ZEISS sehingga memperkuat posisi Tokyo sebagai laboratorium optik dan kamera mutakhir.
Baca juga :Vivo V50 Kini Resmi Hadir di Indonesia
Di pusat riset Xi’an, Vivo menaruh perhatian pada pengembangan algoritma visual generasi mendatang dan sistem citra masa depan. Pusat ini turut mendukung riset perangkat keras lensa, sensor, dan pengolahan gambar.
Sejak akhir 2020, teknologi Gimbal Stabilization Camera mulai diperkenalkan pada seri flagship Vivo X60, menandai lompatan besar dalam perekaman bergerak. Seri X berikutnya terus berkembang lewat integrasi pencitraan co-engineered bersama ZEISS.
Bahkan dalam kesempatan perayaan ulang tahun ke-30 pada 2025, Vivo memperkenalkan Vivo Vision, sebuah headset MR perdana mereka, sebagai langkah eksplorasi ke ranah perangkat keras non-smartphone.
R&D Vivo juga fokus pada perpaduan AI dan pemrosesan gambar. Misalnya, kompetisi fotografi seluler Vivo VISION+ 2025 menyajikan platform bagi ponsel Vivo untuk menampilkan kemampuan AI kreatif mereka.
Sejak 2020, juga Vivo telah mendirikan lembaga riset komunikasi untuk meneliti teknologi 6G, termasuk integrasi AI dan kemampuan sensing dalam jaringan masa depan.
Dengan menyebarkan fungsi riset ke berbagai pusat di bidang hardware (Dongguan, Shanghai), software & AI, serta jaringan & internet (Shenzhen, Beijing, Hangzhou), Vivo mengoptimalkan kolaborasi antar tim global. Vivo menempatkan pengguna sebagai pusat inovasi, bertujuan menciptakan teknologi yang “humanized” teknologi yang terasa alami dan relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia sebagai Pasar Strategis
Di Indonesia, Vivo sudah hadir dengan basis manufaktur di Cikupa, Tangerang sejak 2016 untuk mendukung standar TKDN dan menciptakan lapangan kerja lokal. Pasar Indonesia memberikan alasan strategis bagi Vivo untuk menerapkan inovasi yang relevan secara lokal.
CEO Vivo Indonesia, Gary Huang, menyampaikan bahwa nilai perusahaan tak hanya dilihat dari angka, tetapi dari dampak sosial dan manfaat nyata bagi masyarakat. Vivo Global juga menekankan visi keberlanjutan melalui empat arah strategis: “berbagi teknologi”, “simbiosis hijau”, “penciptaan nilai”, dan “tanggung jawab komunitas”.
Pertumbuhan dari 9 ke 10 pusat riset independen menunjukkan bahwa Vivo tidak sekadar mengembangkan produk, tetapi membangun jaringan inovasi global yang terarah. Dengan pembagian fokus dan kolaborasi antar pusat, Vivo memperkuat pijakan teknologinya dalam era kamera ponsel & AI. Langkah-langkah mereka mulai dari pengembangan gimbal kamera hingga riset 6G telah menunjukkan betapa serius merek ini merancang masa depan teknologi mobile. (Lukman Hqeem)


