Beritakota.id, Jakarta – Harga emas naik ke $4.260 per ons di awal sesi perdagangan Asia pada Senin (20/10/2025) setelah turun tajam pada hari Jumat. Para investor memantau dengan cermat perundingan mendatang antara AS dan Tiongkok.
Menteri Keuangan Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng dijadwalkan bertemu minggu ini. Presiden Donald Trump pekan lalu menyatakan optimismenya bahwa negosiasi dapat menghasilkan kesepakatan, sementara menyebut ancaman tarif tingginya “tidak berkelanjutan.”
Sementara itu, “US Shutdown” yang sedang berlangsung telah berlanjut selama seminggu lagi tanpa tanda-tanda akhir yang jelas, menambah ketidakpastian pasar yang lebih luas.
Baca juga : Harga Emas Dunia Cetak Rekor, Meski Dolar AS Menguat Kembali
Saat ini, pasar memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25bps pada pertemuan Federal Reserve bulan Oktober dan penurunan berikutnya pada bulan Desember.
Sepanjang tahun ini, harga emas batangan telah melonjak lebih dari 60%, didorong oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, ekspektasi penurunan suku bunga AS lebih lanjut, pembelian bank sentral yang kuat, dan arus masuk ETF.
Harga emas kini sedikit melemah di tengah tanda-tanda meredanya ketegangan perdagangan AS-Cina, yang akan mengurangi daya tarik logam mulia sebagai safe haven.
Presiden Trump mengatakan bahwa AS “akan baik-baik saja dengan Cina.” Ia juga mengatakan bahwa pungutan tambahan 100% atas impor dari Cina yang telah ia sampaikan akan di terapkan pada 1 November dan tidak berkelanjutan.
Naiknya harga emas yang tampaknya tak terhentikan, akhirnya mencapai titik impas. Para trader harus menunggu untuk melihat apakah aksi jual berlanjut pada hari Senin, yang mengindikasikan potensi puncak jangka pendek dalam reli gemilang ini.
Pun demikian, para investor tampaknya semakin bersedia mengalokasikan lebih banyak dana mereka untuk emas. Umumnya mereka merasa adanya “kenyamanan umum dalam membiarkan eksposur emas berjalan sebagai bagian dari portofolio investor rata-rata.
Ini karena meluasnya ketidakpastian, mengutip US Shutdown, perang tarif, dan ketegangan AS – Cina, serta kekhawatiran umum tentang pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan independensi The Fed.
Pihak RBC kini merevisi proyeksi harga emasnya lebih tinggi, yakni pada kisaran $4.500 – $5.000 per ons dalam skenario menengah dan tinggi. Potensi kenaikan harga terbuka meskipun para investor terlihat tidak meninggalkan pasar lain. Hanya sedikit yang merotasi dari aset lain, sehingga ini dapat berdampak besar pada prospek kenaikan harga emas kedepannya. (Lukman Hqeem)