Beritakota.id, Jakarta – Selepas merilis karya yang menggambarkan hangatnya masa pendekatan, kini penyanyi serta penulis lagu, Marsha Lavinia kembali lewat sebuah single yang menghadirkan warna musik yang lebih reflektif, ‘Berselimut di Batin’.  Lagu ini terinspirasi dari pengamatan kecil Marsha dalam kehidupan sehari-hari.

Dia mengatakan bahwa lagu ini hadir dari kesadaran jika jejak seseorang bisa tetap tinggal bahkan setelah hubungan berakhir.

“Kadang kita pikir kalau sudah putus, sudah ga akan ada hubungan lagi. Tapi ternyata sisa dari mereka itu masih ada di diri kita,” ungkap Marsha. “Mulai dari cara kita ngomong, pilih tempat makan, sampai barang yang kita pakai. Kenangan itu kayak selimut yang ga kelihatan, tapi tetap nempel di batin,” tambahnya.

Berbeda dengan rilisan sebelumnya yang penuh optimisme dan semangat jatuh cinta, di lagu ini Marsha justru menghadirkan nuansa yang lebih sendu dan introspektif. Lagu ini sekaligus jadi refleksi tentang proses menerima kenyataan setelah kehilangan seseorang, tanpa harus menolak keberadaan kenangan yang masih tertinggal.

Baca juga : Armada Rangkai Kisah dengan Rasa Syukur di Single “Terima kasih”

“Kurasa lagu ini adalah lagu yang paling ‘pasrah’ dari semua yang pernah aku buat. Aku pengen kasih warna lain aja sih, karena hampir semua pernah merasa sudah move on tapi masih menemukan hal-hal kecil yang bikin ingat sama seseorang di masa lalu,” jelas Marsha. Diapun percaya bahwa pesan dari lagu ini akan sangat relatable bagi banyak orang. Bukan karena masih cinta, tapi karena kebiasaan itu sudah menjadi bagian dari diri kita.

Berbicara proses kreatif, Marsha bekerjasama dengan Will Mara sebagai Producer sekaligus Composer serta Kamga sebagai Vocal Director. Seluruh proses pembuatannya, menurut Marsha, terasa sangat hangat nan seru karena penuh tawa sekaligus momen berbagi cerita satu sama lain.

Lewat ‘Berselimut di Batin’, Marsha ingin penikmat musiknya memiliki teman ditengah melewati fase kehilangan atau kesedihan. “Gamon itu manusia banget!” ujarnya. Move on itu bukan berarti harus lupa, tapi adalah sebuah proses belajar menerima kalau dia udah jadi bagian dari masa lalu kita,” tutupnya. (Lukman Hqeem)