Beritakota.id, Bajawa, NTT— Pagi itu, kabut tipis masih menyelimuti perbukitan Bajawa. Aroma kopi yang baru disangrai perlahan merebak dari sebuah rumah sederhana di Desa Wawowae. Di sana, beberapa petani muda sibuk menyeleksi biji kopi dengan penuh ketelitian — memilih yang terbaik untuk disiapkan menjadi kopi khas Bajawa, yang kini mulai dikenal hingga ke Thailand.

Dulu, bagi banyak petani, menanam kopi hanyalah rutinitas turun-temurun. Harga tak menentu, akses pasar terbatas, dan cara pengolahan tradisional sering membuat hasil panen tak maksimal. Namun, segalanya mulai berubah sejak program Desa Sejahtera Astra Bajawa hadir di tahun 2024.

Program yang digagas oleh PT Astra International Tbk ini bukan sekadar memberikan bantuan, melainkan membangun sistem kemandirian ekonomi desa berbasis potensi lokal. Di Bajawa, potensi itu adalah kopi — dan semangat masyarakatnya yang tak pernah padam.

Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro, percaya bahwa pembangunan ekonomi sejati berawal dari desa. “Melalui Desa Sejahtera Astra Bajawa yang telah kami bina sejak tahun 2024, kami melihat bagaimana kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, perguruan tinggi, dan dunia usaha dapat menghadirkan perubahan nyata. Bajawa menjadi bukti bahwa kemandirian ekonomi bisa tumbuh dari desa ketika masyarakat diberi ruang untuk berinovasi dan berdaya,” ujarnya, Selasa (11/11/2025).

Kini, enam desa di wilayah Bajawa yaitu Naru, Wawowae, Mukuvoka, Ngoranale, Bolonga, dan Bowali merasakan hasil nyata dari pendampingan tersebut. Lebih dari 200 warga terlibat dalam seluruh rantai nilai kopi: dari penanaman, pengolahan, hingga pemasaran.

Pendapatan petani meningkat hingga 67 persen, 54 lapangan kerja barutercipta, dan seluruh hasil panen terserap pasar, sebagian bahkan menembus ekspor ke Thailand.

Tak hanya itu, dua unit usaha baru dan satu kelompok pengolahan limbah kopi juga lahir, mengubah sisa produksi menjadi produk bernilai tambah seperti pupuk organik dan kerajinan tangan.

Proses penyortiran biji kopi dilakukan secara teliti untuk memastikan hanya biji berkualitas terbaik yang digunakan. Kegiatan ini dijalankan oleh para petani perempuan Desa Sejahtera Astra Bajawa sebagai bagian dari upaya menjaga standar mutu dan keaslian cita rasa kopi Bajawa. Fot: doc Astra/Ist

Di balik perubahan itu, ada dua sosok yang menjadi jembatan antara pengetahuan dan semangat masyarakat: Bernard Suryanto Langoday dan Donatus Philipus Kabe.

Bernard, fasilitator Desa Sejahtera Astra Bajawa, tak pernah lelah mendampingi petani dalam business character building, grading, hingga quality control.

“Kami ingin petani tak hanya bisa menanam, tapi juga memahami bisnisnya. Mereka harus tahu nilai dari setiap biji kopi yang dihasilkan,” katanya.

Sementara Donatus, pemimpin Rumah Kopi Bajawa, menjadi motor regenerasi petani muda. Ia mengajak anak-anak muda desa untuk bangga pada tanah kelahirannya, melalui kopi. Di tangannya, kopi Bajawa tak sekadar minuman, tapi simbol identitas dan kemandirian.

“Dulu banyak anak muda ingin pergi ke kota. Sekarang, mereka ingin tinggal, mengolah kopi, dan membangun usaha di desa sendiri,” ujar Donatus dengan senyum bangga.

Dari Bajawa untuk Indonesia Sejahtera

Apa yang dilakukan Astra di Bajawa menjadi cerminan visi besarnya: “Sejahtera Bersama Bangsa.” Sebagai salah satu perusahaan publik terbesar di Indonesia, dengan 302 anak perusahaan dan lebih dari 190.000 karyawan, Astra terus menegaskan perannya dalam pembangunan sosial dan ekonomi nasional.

Melalui empat pilar kontribusi sosial kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan serta sembilan yayasan yang tersebar di berbagai daerah, Astra berupaya menghadirkan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat.

Desa Sejahtera Astra Bajawa adalah salah satu bukti nyata. Dari dataran tinggi Flores, semangat ini bergema: membangun dari desa, menumbuhkan harapan, dan menjadikan kopi sebagai jembatan menuju masa depan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.