Beritakota.id, Riyadh — Pada forum internasional TOURISE 2025 di Riyadh, sebuah apresiasi penting diarahkan kepada Indonesia. Executive Director UN Tourism (UNWTO), Natalia Bayona, menyebut Indonesia sebagai salah satu negara paling ambisius, progresif, dan visioner dalam pengembangan Special Economic Zones (SEZ) pariwisata di Asia-Pasifik. Penilaian ini bukan sekadar pujian diplomatik. Ia berangkat dari rangkaian capaian nyata yang telah ditunjukkan Indonesia dalam kurun dua tahun terakhir: pembenahan kebijakan, penataan investasi, digitalisasi pemasaran, serta pemanfaatan kekuatan demografi muda.

Kepada media, Bayona menekankan bahwa Indonesia telah mengeksekusi langkah-langkah strategis yang jarang diambil negara lain. Salah satunya adalah inisiatif menerjemahkan seluruh materi promosi investasi pariwisata ke dalam bahasa Jepang—tindakan yang mencerminkan pemahaman mendalam atas karakter pasar yang cerdas, selektif, dan memiliki daya beli tinggi. Menurut Bayona, langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya menargetkan investor secara umum, tetapi memahami pasar mana yang memiliki potensi paling besar untuk masuk ke sektor pariwisata dalam jangka panjang.

Dua tahun terakhir menjadi periode intensif bagi kerja sama UN Tourism dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. Keduanya mengembangkan kerangka promosi investasi yang terintegrasi, menciptakan investment schedule, meluncurkan daftar proyek prioritas, dan membuat platform daring yang memudahkan investor global mengakses seluruh portofolio pariwisata Indonesia dalam format terstandarisasi. “Indonesia kini menawarkan transparansi yang jauh lebih kuat,” kata Bayona, “dan itu adalah kunci utama bagi investor global.”

Baca juga : BPOLBF Wujudkan Pariwisata Labuan Bajo Yang Aman Bencana

SEZ Pariwisata Indonesia: Model Baru Integrasi Investasi, Konservasi, dan Komunitas

Pengakuan atas peran Indonesia sebagai pionir SEZ pariwisata bukanlah klaim kosong. Sejak awal, Indonesia memilih jalur pengembangan yang tidak hanya berorientasi ekonomi, tetapi juga menyatukan keadilan sosial, pelestarian budaya, dan keberlanjutan lingkungan. SEZ bukan sekadar kawasan investasi; ia dirancang menjadi ekosistem pariwisata komprehensif yang dapat menggerakkan pertumbuhan jangka panjang.

Dalam penjelasannya, Bayona menyebut Indonesia sebagai negara pertama di kawasan yang menjalankan pilot free tourism zones dengan pendekatan yang seimbang antara kemudahan investasi dan perlindungan komunitas lokal. SEZ pariwisata Indonesia tidak hanya menawarkan insentif fiskal, kemudahan perizinan, atau tax break yang ramah investor, tetapi juga menerapkan aturan ketat untuk memastikan bahwa pembangunan tidak mengorbankan nilai budaya dan lingkungan.

Dalam konteks global, model seperti ini sangat jarang. Banyak negara membangun zona wisata berorientasi investasi tetapi mengabaikan kekayaan lokal dan keberlanjutan. Indonesia, sebaliknya, mengintegrasikan masyarakat ke dalam ekosistem ekonomi wisata melalui pelatihan, kolaborasi UMKM lokal, dan pengelolaan ruang budaya. Ini menciptakan apa yang disebut Bayona sebagai “inclusive tourism growth”, di mana pembangunan tidak hanya dirasakan investor, tetapi juga mengalir kepada masyarakat yang tinggal di sekitar destinasi.

UN Tourism sendiri memiliki kerangka besar yang mereka sebut port regulation framework—sebuah panduan yang digunakan untuk menilai kesiapan suatu negara dalam mengembangkan sektor pariwisata secara terstruktur. Kerangka ini mencakup evaluasi stabilitas negara, kualitas regulasi, daya saing pariwisata, lingkungan investasi, serta kelayakan finansial setiap proyek. Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mengintegrasikan secara lengkap elemen-elemen tersebut.

Kerangka ini bukan hanya membantu investor dalam memetakan peluang, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di mata lembaga keuangan internasional dan sovereign wealth fund yang membutuhkan kepastian data sebelum melakukan ekspansi. “Bagi investor global,” kata Bayona, “kepastian, transparansi, dan roadmap yang jelas lebih penting daripada insentif finansial itu sendiri. Indonesia kini masuk dalam kategori negara yang mampu memberikan itu.”

Dengan pendekatan ini, Indonesia menunjukkan kemampuan untuk menyeimbangkan dua kepentingan: menarik investasi besar sekaligus memastikan bahwa transformasi pariwisata tidak merusak identitas lokal. Di era ketika wisatawan semakin mengutamakan keaslian budaya dan keberlanjutan, model SEZ Indonesia menempatkan negara ini selangkah lebih depan dari banyak pesaingnya di Asia-Pasifik.

UN Tourism
Executive Director UN Tourism (UNWTO), Natalia Bayona

AI, Generasi Muda, dan Lompatan Digital yang Mendorong Pariwisata ke Era Baru

Namun, keunggulan Indonesia tidak berhenti pada pengembangan fisik dan kebijakan investasi. Bayona menegaskan bahwa transformasi digital adalah salah satu kekuatan terbesar Indonesia saat ini, terutama karena negara ini memiliki modal demografis yang sangat besar: lebih dari 50 juta generasi muda yang tumbuh dalam ekosistem digital.

UN Tourism, melalui kerja sama strategisnya dengan Indonesia, telah meluncurkan berbagai pelatihan dan program peningkatan kapasitas berbasis AI. Mulai dari strategi komunikasi digital, pembuatan konten kreatif, kampanye pemasaran berbasis data, hingga pemanfaatan AI untuk prediksi kunjungan dan pengelolaan kapasitas destinasi. Menurut Bayona, kemampuan naratif digital generasi muda Indonesia melampaui banyak negara lain di kawasan.

Generasi muda Indonesia bukan hanya konsumen teknologi; mereka adalah pencipta narasi. Dalam beberapa tahun terakhir, jutaan konten yang diproduksi oleh kreator lokal—mulai dari video pendek, fotografi drone, ulasan destinasi, hingga konten budaya pop—telah membentuk persepsi global tentang Indonesia. Mereka menghasilkan promosi organik yang tidak bisa dibeli dengan anggaran pemasaran konvensional. Energi kreatif ini, menurut Bayona, adalah elemen yang membedakan Indonesia dari pesaing regional.

Lebih jauh lagi, penerapan kecerdasan buatan telah memasuki sektor hospitality dan layanan wisata. Hotel, operator tur, hingga bandara memanfaatkan AI untuk virtual concierge, penyediaan informasi multibahasa, optimasi harga, dan pengelolaan keamanan destinasi. Pemerintah daerah bahkan mulai mengintegrasikan AI dalam sistem smart tourism mereka, memungkinkan pemantauan real-time terhadap arus wisatawan, pola kunjungan, dan kapasitas destinasi.

Perkembangan pariwisata Indonesia juga semakin terlihat di kota-kota besar. Jakarta, misalnya, kini muncul sebagai salah satu destinasi urban paling dinamis di Asia Tenggara. Dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan kawasan kuliner tematik, pusat desain, ruang kreatif, dan infrastruktur modern menjadikan Jakarta memiliki nilai jual baru. Bayona mengatakan bahwa setiap kunjungannya ke Jakarta selalu memperlihatkan perubahan konkret, baik dari sisi kreativitas maupun konsep urban tourism yang semakin kuat.

Transformasi ini memperluas citra Indonesia yang sebelumnya sangat terfokus pada Bali. Kini, Indonesia tampil sebagai negara dengan spektrum destinasi yang jauh lebih luas: dari wisata alam, budaya, urban, kreatif, hingga ekowisata dan digital-nomad destination yang tumbuh pesat.

Bayona menyimpulkan bahwa kombinasi strategi investasi SEZ, transformasi digital berbasis AI, serta keunggulan demografis generasi muda menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan prospek pariwisata paling kompetitif di Asia-Pasifik. Indonesia tidak hanya membangun pariwisata untuk hari ini, tetapi tengah menyiapkan fondasi untuk menjadi pusat inovasi pariwisata masa depan. Sebuah babak baru dimulai — dan Indonesia berada di barisan depan perubahan itu. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)