Beritakota.id, Jakarta – Jagoan Hosting Infra Competition (JHIC) 2025 kembali menarik perhatian publik pendidikan vokasi Indonesia. Kompetisi teknologi berskala nasional yang melibatkan 1.250 siswa dari 300 tim ini bukan hanya menjadi ajang adu keterampilan cloud infrastructure bagi pelajar SMA, SMK, dan MA, tetapi juga menghadirkan pendekatan baru yang jarang ditemukan dalam lomba sejenis: apresiasi khusus bagi guru pembimbing sejak sebelum babak final.
Di tengah banyaknya kompetisi yang lebih menyoroti peserta atau sekolah pemenang, JHIC 2025 tampil berbeda. Para guru pembimbing yang selama ini bekerja di balik layar diposisikan sebagai elemen penting dalam seluruh rangkaian kegiatan. Mulai dari sesi bootcamp hingga final, guru tidak hanya hadir untuk mendampingi, tetapi juga menjadi bagian dari program pengembangan kompetensi.
Baca juga : Jagoan Hosting Infra Competition 2025 Mendorong Siswa SMK Hadapi Industri 4.0
Rizka Rahayu Sasmita, S.Tr.Kom., M.Tr.Kom., guru pembimbing dari SMK Telkom Sidoarjo, mengungkapkan bahwa pengalaman mengikuti JHIC 2025 sangat berbeda dari kompetisi lain.
“Terima kasih atas apresiasinya dari Jagoan Hosting dan Beon Intermedia. Masyaallah, dari sekian banyak lomba baru kali ini ada lomba yang memperhatikan guru pembimbing bahkan sebelum final. Biasanya hanya dapat dari sekolah ketika juara,” ujar Rizka dalam keterangan resminya yang diterima redaksi beritakota.id, Rabu (19/11).
Ia mengakui bahwa perhatian seperti ini menjadi penghargaan sekaligus pengakuan atas peran guru sebagai fondasi utama tumbuhnya talenta digital vokasi.
Sebagai bagian dari rangkaian JHIC 2025, guru pembimbing mendapatkan ruang khusus dalam sesi temu jejaring guru. Melalui kegiatan ini, para pendidik bahkan mendapatkan berbagi praktik pembelajaran terbaik, memahami kebutuhan dan standar industri cloud terkini, membangun kolaborasi dengan mitra industri, dan memperluas wawasan untuk pengembangan kurikulum berbasis teknologi.
“Kami senang, guru juga diikutsertakan dalam temu jejaring. Jadi guru pendamping tidak hanya menonton anak-anak lomba, tetapi juga sharing. Kami butuh partner industri dalam proses pembelajaran. Selain itu juga penting adanya komunitas untuk upskill bagi guru dan berkolaborasi, sehingga bisa mengajarkan materi yang relevan di dunia IT,” tambah Rizka.
Dari total 300 tim peserta, 85 tim berhasil lolos ke tahap bootcamp, dan hanya 30 tim terbaik yang akhirnya tampil di panggung final. Namun bagi penyelenggara, JHIC bukan hanya tentang menang atau kalah, melainkan ruang pembinaan yang menyeluruh antara siswa, guru, dan industri.
Sementara itu, General Manager Jagoan Hosting, Andy Novianto, S.Ikom., M.M, menegaskan visi tersebut.
“Jagoan Hosting Infra Competition ingin menjembatani sekolah dan industri secara utuh. Tidak cukup hanya menyiapkan siswa, gurunya juga harus berkembang. Karena guru adalah ujung tombak kualitas talenta digital di Indonesia.”
Dengan memberikan apresiasi sejak awal, menyediakan program pengembangan khusus bagi guru, serta menghadirkan ruang kolaborasi yang terstruktur, JHIC 2025 mencatatkan standar baru dalam penyelenggaraan kompetisi teknologi di Indonesia.
Program ini membuktikan bahwa talenta digital unggul tidak hanya lahir dari siswa yang hebat, tetapi juga dari kolaborasi erat antara siswa, guru, dan industri jadi sebuah model yang semakin dibutuhkan untuk memperkuat ekosistem pendidikan vokasi tanah air. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)


