Beritakota.id, Jakarta – Bursa saham global bergerak lebih tinggi dalam perdagangan di hari Selasa (19/11/2024). Dorongan kenaikan didapatkan setelah imbal hasil obligasi dan dolar AS tertahan dari level tertinggi.
Terlihat bahwa aksi beresiko para pelaku pasar ini dilakukan saat menunggu pengumuman susunan kabinet Presiden Donald Trump. Sejauh ini, para pialang telah berusaha mengukur prospek pelonggaran Federal Reserve menyusul kemenangan Donald Trump atas Kamala Harris.
Saham-saham disektor teknologi menguat kembali, mengikuti pemulihan yang terjadi di Wall Street. Berusaha pulih dari kerugian tajam pada perdagangan minggu lalu. Pasar menantikan laporan laba Nvidia yang akan disampaikan pada hari Rabu, hal ini dianggap bisa membatasi ruang lingkup pergerakan besar.
Sejauh ini pelaku pasar telah memangkas keyakinan untuk pemotongan suku bunga seperempat poin pada pertemuan Fed berikutnya pada bulan Desember menjadi kurang dari 59%, turun dari 62% sehari sebelumnya dan lebih dari 65% seminggu yang lalu, menurut CME FedWatch.
Pengeluaran fiskal yang dibicarakan Trump, tarif yang lebih tinggi, dan imigrasi yang lebih ketat dipandang sebagai inflasi oleh para analis, yang berpotensi menghambat pemotongan suku bunga Fed, yang sudah terhambat oleh serangkaian data ekonomi yang tangguh. Trump telah mulai membuat penunjukan, mengisi peran kesehatan dan pertahanan minggu lalu, tetapi posisi kunci untuk pasar keuangan – Menteri Keuangan dan perwakilan perdagangan – belum diumumkan.
Indek berjangka S&P 500 AS mengarah sedikit lebih rendah. Indek MSCI global menghentikan penurunan empat hari berturut-turut pada hari Senin. Nasdaq yang sarat teknologi berakhir lebih tinggi berkat lonjakan saham Tesla lainnya. Indek Nikkei 225 Jepang naik 0,2% pada pukul 08:29 WIB, sementara Kospi Korea Selatan dan Hang Seng Hong Kong naik 0,8%.
Dengan kurangnya data dan jeda dalam berita yang menggerakkan pasar, penggerak marjinal harga aset saat ini adalah bagaimana pemerintahan Trump yang akan datang akan memengaruhi kondisi ekonomi, perdagangan internasional, dan geopolitik global. Secara bersamaan, pasar mencoba memperkirakan bagaimana kebijakan tersebut akan memengaruhi pengaturan suku bunga, terutama Fed, dengan pasar menarik kembali kedalaman pemotongan suku bunga yang sebelumnya didiskon ke dalam kurva.
Imbal hasil Obligasi AS memperpanjang penurunan semalam, dengan imbal hasil tenor dua tahun turun ke 4,278% dan imbal hasil tenor 10 tahun turun tipis ke 4,412%. Hal ini turut memberikan tekanan pada dolar AS, yang merana dan mendekati level terendah semalam versus mata uang utama lainnya. (Lukman Hqeem)