Beritakota.id, Kota Bogor – Gunung Batu, kawasan yang telah lama dikenal sebagai jantung ilmu kehutanan Indonesia, kembali menggeliat. Setelah melewati masa transformasi kelembagaan yang penuh tantangan, kini Kampus Gunung Batu menandai kebangkitan barunya melalui peluncuran Technical Knowledge Management Hub (TKMH) Kehutanan, sebuah inisiatif yang digagas oleh Pusat Pengembangan Hutan Berkelanjutan (P2HB), Kementerian Kehutanan.

Peluncuran TKMH yang berlangsung secara hybrid ini dihadiri oleh para pejabat tinggi madya dan pratama Kementerian Kehutanan, perwakilan BRIN, akademisi dari IPB dan Universitas Nusa Bangsa, serta mitra internasional seperti CIFOR dan GIZ Forclime. Acara ini menandai dimulainya era baru kolaborasi multipihak untuk pengelolaan hutan Indonesia yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan berbasis pengetahuan.

Sejak era kolonial, Gunung Batu telah menjadi saksi sejarah panjang pengembangan ilmu kehutanan di Indonesia. Dari berdirinya Bosbouw School, Landbouw School, hingga berkembangnya Fakultas Pertanian Universitas Indonesia yang kini menjadi IPB, kawasan ini telah menjadi episentrum riset, inovasi, dan kebijakan kehutanan nasional.

Namun, semangat itu sempat meredup seiring kebijakan nasional yang melikuidasi Badan Litbang dan mentransfer peran penelitian ke BRIN. Transformasi ini menyisakan persoalan teknis seperti kurang optimalnya pemanfaatan laboratorium, KHDTK, dan hutan penelitian. TKMH hadir sebagai jawaban atas stagnasi tersebut.

TKMH didesain sebagai ruang bersama bagi peneliti, akademisi, praktisi, hingga pembuat kebijakan. Di sinilah riset, data, pengalaman lapangan, dan kebutuhan teknis saling bertemu untuk menciptakan kebijakan dan tindakan yang lebih aplikatif dan relevan.

“Ini bukan hanya soal aplikasi, tetapi membangun kembali budaya berbagi pengetahuan,” ujar Gun Gun Hidayat, Ph.D., Kepala P2HB dalam sambutannya, Jumat (19/9/2025).

TKMH akan berperan sebagai penghubung antara dunia akademik dan dunia praktis kehutanan, mempercepat alih pengetahuan, dan memastikan bahwa hasil riset tidak berhenti di meja laboratorium, melainkan benar-benar diterapkan di lapangan.

Dalam dua bulan pertama, TKMH fokus pada penyusunan data dasar, SOP, dan pengembangan platform digital. Enam bulan berikutnya, berbagai program mulai digulirkan: riset kolaboratif, pelatihan identifikasi kayu, hingga program sit-in peneliti.

Dalam dua tahun ke depan, TKMH ditargetkan tumbuh menjadi ekosistem pengetahuan kehutanan yang aktif, menggandeng universitas, sektor swasta, lembaga riset nasional, hingga mitra internasional.

Saat ini, sejumlah institusi telah bergabung dalam ekosistem TKMH, antara lain:

  • Direktorat Kebijakan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, SDA, dan Ketenaganukliran
  • Direktorat Pengelolaan Koleksi Ilmiah
  • Pusat Riset Biomassa dan Bioproduk
  • Pusat Riset Mikrobiologi Terapan
  • Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi
  • Pusat Riset Ekologi
  • Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB
  • Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Nusa Bangsa
  • PT. Mutuagung Lestari, Tbk.

 

Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Dr. Ir. Mahfudz, M.P., dalam sambutannya menekankan bahwa TKMH merupakan jawaban terhadap kebutuhan transformasi pengelolaan hutan yang lebih cepat, tepat, dan responsif terhadap perubahan zaman.

“Platform digital ini diharapkan menjadi ekosistem pengetahuan yang mempertemukan peneliti, akademisi, praktisi, hingga pengambil kebijakan dalam satu ruang kolaboratif. Dengan demikian, alih pengetahuan dapat berlangsung lebih cepat, tepat, terukur, aplikatif, dan relevan dengan kebutuhan kebijakan,” tegas Mahfudz.

Ia juga menegaskan bahwa inisiatif ini sejalan dengan visi pembangunan nasional Presiden Prabowo yang tertuang dalam Asta Cita, yakni menurunkan angka kemiskinan hingga 0% dan mendorong pertumbuhan ekonomi sampai 8%. “Semua itu tidak mungkin tercapai tanpa dukungan ilmu pengetahuan, riset, dan inovasi,” tambahnya.

Hadirnya TKMH memberikan manfaat konkret: kebijakan teknis yang lebih tepat sasaran, efisiensi biaya pelatihan, peningkatan komunikasi lintas sektor, hingga pengelolaan hutan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan kebutuhan masyarakat.

Lebih dari itu, peluncuran TKMH menjadi simbol emosional bagi insan kehutanan: kembalinya Gunung Batu sebagai pusat ilmu yang hidup, relevan, dan adaptif terhadap zaman.

Dengan semangat kolaborasi dan berbagi pengetahuan, TKMH Kehutanan diharapkan menjadi pilar penting dalam pengelolaan hutan Indonesia yang lebih cerdas, partisipatif, dan berkelanjutan. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)