Beritakota.id, Jakarta – Harga emas di bursa berjangka naik ke $3.875 per ons, rekor tinggi lagi pada perdagangan Rabu (01/10/2025) karena kekhawatiran atas dampak penutupan pemerintah AS, meningkatkan permintaan atas aset safe haven. Jalan buntu dalam perundingan membuat penutupan pemerintah “Shutdown” tak terelakkan.

Pelaku pasar memantau cermat durasinya shutdown ini. Penutupan yang lebih lama dapat menunda perilisan data ekonomi, disaat Federal Reserve akan mengadakan pertemuan pada akhir Oktober. Data ekonomi krusial yang ditunggu dan terancam tidak terbit adalah laporan penggajian non-pertanian (NFP) pada hari Jumat.

Data Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) dari Biro Statistik Tenaga Kerja menekan dolar. Laporan tersebut menunjukkan lowongan pekerjaan di AS sedikit meningkat pada bulan Agustus sementara perekrutan menurun, sejalan dengan melemahnya pasar tenaga kerja. Hal ini dapat memberi The Fed ruang untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.

Baca juga : Bank Sentral AS Berhati-hati, Wall Street Berakhir Melemah

Keyakinan pemangkasan suku bunga pada akhir bulan ini tetap kuat (97%), dan pemangkasan tambahan di bulan Desember dengan probabilitas sekitar 76%, naik dari tingkat keyakinan sebelumnya dikisaran 60%.

Sebelumnya, tiga indeks utama Wall Street berhasil menutup perdagangan di hari Selasa yang penuh gejolak tinggi. Bursa mencatatkan kenaikan kuartalan dan bulanan, bahkan ketika investor bersiap menghadapi penutupan pemerintah AS, yang akan menunda laporan ekonomi utama dan memperkeruh prospek kebijakan suku bunga Federal Reserve. Data pekerjaan terbaru tidak menunjukkan kehilangan pekerjaan yang signifikan, tetapi “ kondisi pasar saat ini sangat seimbang dan dapat berubah arah dengan sangat cepat.”

Indeks Dow Jones naik 81,82 poin, atau 0,18%, menjadi 46.397,89, sebagai rekor penutupan tertinggi terbarunya. S&P 500 naik 27,25 poin, atau 0,41%, menjadi 6.688,46 dan Nasdaq naik 68,86 poin, atau 0,31%, menjadi 22.660,01.

Pada perdagangan mata uang, Dolar AS bertahan mendekati level terendah dalam sepekan ini terhadap mata uang utama lainnya karena kemungkinan shutdown pemerintah AS, yang akan menunda rilis data ketenagakerjaan penting. Indeks dollar (DXY) berada di level 97,869 pada pukul 07:03 WIB, dan turun ke level terendah 97,633 semalam untuk pertama kalinya sejak Rabu lalu. Euro stagnan di $1,1731, setelah naik ke level tertinggi sejak 24 September di $1,1762 pada hari Selasa. Dolar menguat tipis 0,1% menjadi 148,15 yen, setelah melemah 1,2% selama tiga hari.

Sementara itu, berlatar belakang kondisi sebagian besar bursa saham global yang secara teratur mencapai rekor tertinggi pada tahun 2025, alokasi investasi menemukan kejutan positif di salah satu sektor dengan kinerja terburuk tahun ini yakni sektor minyak. Sektor energi kurang diminati tahun ini, dimana posisi net long minyak mentah WTI jatuh mendekati rekor terendah, menurut Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS. Apalagi harga acuan minyak mentah WTI dan Brent masing-masing telah turun lebih dari 8% dan 9% tahun ini, per 26 September.

Namun, sektor energi merupakan sektor dengan kinerja terbaik pada minggu lalu, sehingga meskipun harga minyak turun, prospek penurunannya mungkin melemah. Prospek negatif harga minyak dibangun di atas ekspektasi surplus persediaan yang signifikan akhir tahun ini dan hingga 2026, didorong oleh permintaan yang lemah dan peningkatan produksi dari OPEC+,. Namun, pandangan bearish ini tampaknya telah dilebih-lebihkan. (Lukman Hqeem)