Beritakota.id, Jakarta – Harga barang di tingkat produsen Amerika Serikat secara tak terduga tidak berubah pada bulan Juni karena kenaikan biaya barang yang didorong oleh tarif seperti komunikasi dan peralatan terkait, diimbangi oleh melemahnya permintaan untuk jasa perjalanan. Disisi lain, biaya sektor jasa melemah kembali. Ini memberikan harapan bahwa lonjakan inflasi yang dipicu tarif tidak akan menyebabkan tekanan harga secara luas. Hasil ini akan memungkinkan Federal Reserve untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga akhir tahun ini.

Namun, kenaikan harga barang produsen yang dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja pada hari Rabu merupakan indikasi terbaru bahwa tarif besar yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada bulan April mulai meningkatkan inflasi. Pemerintah mengatakan pada hari Selasa bahwa Indeks Harga Konsumen meningkat paling tinggi dalam lima bulan pada bulan Juni, dengan kategori yang sensitif terhadap tarif mencatat kenaikan yang solid.

Data tersebut mendukung ekspektasi awal bahwa bank sentral AS akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25%-4,50% pada pertemuan berkala mereka 29-30 Juli ini. Dalam risalah rapat The Fed bulan lalu, yang diterbitkan minggu lalu, menunjukkan hanya “beberapa” eksekutif yang mengatakan mereka merasa suku bunga dapat turun secepatnya bulan ini.

Baca juga : Laju Inflasi Inggris Tertinggi Sejak 2024

Disisi lain, Presiden AS Donald Trump telah menuntut The Fed untuk mulai menurunkan biaya pinjaman sekarang. Bloomberg melaporkan pada hari Rabu bahwa Trump kemungkinan akan segera memecat Ketua The Fed Jerome Powell, yang membuat pasar keuangan khawatir. Sejurus kemudian presiden mengatakan bahwa ia tidak berencana untuk melakukannya.

Ancaman inflasi masih ada dan sangat nyata. Sehingga mustahil jika mereka menurunkan suku bunga acuan pada bulan Juli ini. Mereka kemungkinan besar tidak akan mendorong pemotongan suku bunga kecuali tengah mencoba menjilat presiden.

Indeks Harga Konsumen (PPI) untuk permintaan akhir yang tidak berubah bulan lalu menyusul revisi kenaikan sebesar 0,3% pada bulan Mei, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI akan naik 0,2% setelah sebelumnya dilaporkan naik 0,1% pada bulan Mei.

Namun, setengah jam yang kacau terjadi sesaat sebelum tengah hari ketika laporan berita menunjukkan bahwa Presiden Donald Trump akan memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Biro Statistik mengatakan bahwa data PPI dari Februari hingga Mei direvisi “untuk mencerminkan ketersediaan laporan yang terlambat dan koreksi oleh responden.” Dalam 12 bulan hingga Juni, PPI meningkat 2,3% setelah naik 2,7% pada bulan Mei. Harga produsen barang bulanan meningkat 0,3% setelah naik 0,1% pada bulan Mei.

Lebih dari separuh kenaikan harga barang secara umum disebabkan oleh kenaikan 0,3% pada barang grosir, tidak termasuk makanan dan energi. Harga barang inti ini naik 0,2% pada bulan Mei.

Harga-harga ini didorong bulan lalu oleh lonjakan 0,8% pada harga komunikasi dan peralatan terkait, menyusul kenaikan 0,4% pada bulan Mei. Biaya furnitur rumah tangga melonjak 1,0% setelah naik 0,7% pada bulan sebelumnya. Peralatan elektronik rumah tangga naik 0,8% setelah tidak berubah pada bulan Mei. Harga mobil penumpang rebound 0,3%.

Beberapa kenaikan harga barang grosir mencerminkan kenaikan serupa pada komponen barang IHK. Harga makanan grosir naik 0,2%, dengan biaya daging sapi melonjak 0,8%. Namun, harga telur turun 19,8%. Harga energi naik 0,6%, didorong oleh kenaikan 1,8% pada biaya bensin.

Dengan kenaikan harga secara tahunan sebesar 3,8% pada harga barang-barang ini selama tiga bulan terakhir, tercatat sebagai yang tercepat sejak Maret 2023 – merupakan tanda bahwa kenaikan biaya input memaksa perusahaan untuk menaikkan harga atau perlindungan yang ditawarkan oleh tarif memungkinkan perusahaan untuk menaikkan harga.

Merespon ini, Wall Street turun dan Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang. Imbal hasil obligasi pemerintah AS berjangka panjang naik. (Lukman Hqeem)