Beritakota.id, Yogyakarta – Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Ir. Tumiran, mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai terlalu bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan food tray atau nampan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, industri dalam negeri memiliki kapasitas dan teknologi yang memadai untuk memproduksi kebutuhan tersebut tanpa harus mengandalkan produk luar negeri.

Saat ini, kapasitas produksi nasional diperkirakan mencapai 11 juta unit per bulan, dan dengan dukungan kebijakan yang jelas, angka itu dapat ditingkatkan secara signifikan hingga memenuhi kebutuhan nasional sebesar 80 juta unit hanya dalam waktu 4 hingga 5 bulan. Dukungan kebijakan pemerintah diyakini akan mendorong ekspansi industri, baik melalui penambahan mesin stamping dan press, maupun lewat kemunculan pelaku baru, termasuk UMKM di sektor komponen dan otomotif.

Prof. Tumiran menekankan pentingnya peran Kementerian Perindustrian dalam memberdayakan manufaktur lokal, terutama industri pengolahan plastik sebagai bahan baku food tray. Pemerintah diminta memberikan fasilitasi teknologi, kemudahan investasi, dan insentif agar pelaku usaha domestik dapat bersaing di pasar dalam negeri.

Lebih jauh, ia menyoroti aspek kehalalan produk. Pemerintah diminta memastikan bahan baku dan proses produksi food tray sesuai standar halal, mengingat sensitivitas masyarakat Indonesia. Sertifikasi halal dan pengawasan produsen menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan publik, khususnya pada program nasional berskala besar seperti MBG.

Menurut Prof. Tumiran, kebijakan impor justru kontraproduktif karena menyebabkan aliran devisa ke luar negeri dan melemahkan daya saing industri lokal. Indonesia, katanya, sudah memiliki kemampuan produksi dan teknologi memadai; tantangan terbesar kini adalah kejelasan arah kebijakan, insentif, dan kepastian pasar dari pemerintah.

Ia juga menekankan pentingnya “kolaborasi antara industri besar dan UMKM” untuk memperkuat rantai pasok nasional. Pemberdayaan UMKM tidak hanya akan membuka lapangan kerja baru, tetapi juga memperkuat ekonomi nasional dan meningkatkan kualitas produk dalam negeri.

Prof. Tumiran menegaskan bahwa penguatan industri lokal adalah langkah strategis menuju kemandirian ekonomi. “Ini saatnya Indonesia membuktikan bahwa kita bisa memenuhi kebutuhan domestik dengan produk dalam negeri yang berkualitas dan kompetitif. Industri food tray hanyalah salah satu contoh sektor yang dapat dikembangkan secara mandiri,” pungkasnya. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)