Beritakota.id, Labuan Bajo – Di tengah urgensi membangun sistem ekonomi yang lebih berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim, Multistakeholder Forum (MSF) Manggarai Barat mengambil langkah nyata dengan menyelenggarakan pertemuan bertajuk “Inovasi dan Kolaborasi untuk Usaha Hijau oleh Orang Muda di Manggarai Barat”. Digelar di Aula Dinas Kesehatan Manggarai Barat, kegiatan ini menjadi momentum penting untuk mendorong transformasi ekonomi lokal berbasis potensi hijau yang dimotori oleh generasi muda.
Pertemuan ini bukan sekadar seremoni, tetapi ruang interaktif lintas sektor antara pelaku usaha muda, pemerintah daerah, LSM, dan mitra pembangunan, untuk bersama-sama merumuskan arah strategis kewirausahaan hijau yang inklusif dan adaptif. Fokusnya bukan hanya pada pengembangan usaha, tapi juga pada peran generasi muda sebagai pembaharu sistem ekonomi lokal melalui pendekatan ramah lingkungan.
Kewirausahaan hijau atau green entrepreneurship bukan tren semata, tetapi respons strategis terhadap tantangan global: krisis iklim, ketimpangan ekonomi, dan degradasi lingkungan. Bagi daerah seperti Manggarai Barat yang memiliki kekayaan ekowisata dan potensi agrikultur organik, pendekatan ini sangat relevan. Dengan mendorong usaha hijau, masyarakat bisa memperoleh nilai ekonomi tanpa merusak daya dukung alam—bahkan justru memperkuatnya.
Sektor-sektor seperti pertanian organik, pengelolaan sampah berbasis komunitas, ekowisata lokal, serta pengembangan produk ramah lingkungan menjadi sorotan utama. Ini sejalan dengan tren global di mana usaha mikro dan kecil berkelanjutan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.
Baca juga : Ebiet G. Ade Akan Tampil Di Labuan Bajo Dalam POTHP 4.0
Sekretaris Bappeda Manggarai Barat, Martha Alfanita, dalam sambutannya menegaskan bahwa partisipasi generasi muda harus disertai kemauan untuk belajar, bertukar ide, dan membangun kemitraan lintas aktor.
“Generasi muda harus memanfaatkan ruang kolaborasi seperti MSF ini. Kita perlu menciptakan ekosistem pembelajaran yang hidup—tidak hanya dari pemerintah ke pelaku usaha, tapi antar pelaku sendiri. Setiap usaha kecil yang tumbuh dengan nilai hijau akan menjadi fondasi ekonomi berkelanjutan Manggarai Barat,” ujarnya, mengutip infopublik.id.
Pernyataan tersebut mendapat penguatan dari Zaiful, perwakilan Konsorsium Pangan Bernas, yang menekankan pentingnya memperkuat sistem pangan lokal dengan basis kewirausahaan anak muda.
“Ketahanan pangan bukan hanya soal produksi, tetapi bagaimana anak muda bisa menciptakan nilai tambah di sepanjang rantai pasok. Ini butuh kolaborasi antar sektor dan antar pelaku,” ungkap Zaiful, Selasa (15/7/2025).
Pertemuan ini juga diisi dengan sesi diskusi praktik baik, identifikasi tantangan, dan perencanaan tindak lanjut. Salah satu output konkret adalah pembentukan forum kolaboratif yang mempertemukan pelaku usaha muda dengan mentor, pelatih teknis, dan akses informasi pasar. Tujuannya: menciptakan rantai nilai hijau yang kuat dan berkeadilan.
Dalam diskusi, para peserta menyampaikan kebutuhan nyata: akses pembiayaan ramah lingkungan, pelatihan manajemen usaha berkelanjutan, hingga koneksi pasar digital untuk produk lokal hijau. Isu-isu ini akan dibawa dalam agenda-agenda kerja lintas lembaga di bawah koordinasi MSF dan Bappeda Manggarai Barat.
Inisiatif ini berpotensi menjadi model praktik baik dari wilayah timur Indonesia. Dengan mengedepankan bottom-up collaboration dan penguatan kapasitas komunitas, MSF Manggarai Barat tidak hanya mendorong lahirnya pelaku usaha baru, tapi juga membangun fondasi ekonomi sirkular yang berbasis lokal.
Lebih dari itu, pendekatan yang digunakan—yakni berbasis potensi lokal, penguatan komunitas, dan kepemimpinan muda—beresonansi dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan strategi nasional pengurangan emisi karbon. (Infopublik.id/Lukman Hqeem)