Beritakota.id, Jakarta – PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui anak perusahaannya, PT Bintang Toedjoe menerima kunjungan dari International Regulatory Cooperation for Herbal Medicines (WHO–IRCH) dalam rangka The Sixteenth Annual Meeting of the World Health Organization di Jakarta. Pada kesempatan ini, WHO mengapresiasi Bintang Toedjoe yang telah menunjukkan komitmennya dalam pengembangan obat herbal modern. Kunjungan WHO yang juga didampingi Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) menjadi bukti dari komitmen Bintang Toedjoe untuk meningkatkan kontribusi dalam pengembangan obat berbahan alam di Indonesia.

Melalui semangat “From Nature to Science”, Bintang Toedjoe menghadirkan inovasi produk, seperti Bejo Jahe Merah dan Komix Herbal – wujud kearifan lokal yang kini diakui dunia.

“Kunjungan ini menjadi bagian penting dari komitmen kita bersama untuk memperkuat kolaborasi internasional dalam pengembangan dan standarisasi obat bahan alam yang berbasis riset ilmiah. Sebagai bagian dari Kalbe Group, PT Bintang Toedjoe senantiasa berkomitmen untuk menjalankan praktik produksi yang memenuhi standar nasional dan internasional. Seluruh fasilitas kami telah tersertifikasi CPOBAB (Cara Pembuatan Obat Bahan Alam yang Baik), ISO 9001, ISO 14001, dan ISO 45001,” ujar Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Irawati Setiady, dalam keterangan resminya kepada Beritakota.id, Jumat, (17/10/2025).

Baca juga: Kalbe Terima Fasilitas Pinjaman Rp1 Triliun dari BNI

Lebih lanjut, Irawati menyatakan bahwa pihaknya percaya bahwa sinergi antara pemerintah, industri, lembaga penelitian, akademisi dan organisasi internasional seperti WHO adalah kunci untuk membangun masa depan kesehatan yang lebih baik. Dengan dukungan dari WHO serta BPOM, pihaknya berharap dapat terus memperkuat sistem jaminan mutu, memperdalam riset ilmiah, dan memperluas kontribusi kami terhadap pengembangan produk herbal yang aman, efektif, dan berkelanjutan.

Irawati juga menekankan bahwa Kalbe dan Bintang Toedjoe sangat menghargai perhatian dan dukungan WHO serta BPOM. Dalam hal ini, terhadap penerapan Good Manufacturing Practice for Herbal Medicine (GMP) atau CPOBAB atau CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) yang menjadi fondasi utama dalam setiap proses produksi.

“WHO–IRCH berperan sebagai platform global untuk memperkuat kolaborasi dan konvergensi regulasi di bidang obat herbal. Kami sangat mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dan komitmen industrinya, khususnya PT Bintang Toedjoe, dalam memajukan produk obat herbal yang berkualitas tinggi,” tutur Kepala WHO–IRCH, Dr. Kim Sungchol.

Apa yang dilakukan Bintang Toedjoe, juga mendapat dukungan penuh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM, Apt. Mohamad Kashuri, S.Si., M.Farm. Ia menyampaikan apresiasinya kepada Bintang Toedjoe atas terobosan dalam membangun ekosistem jahe merah yang komprehensif.

“Kami menyampaikan apresiasi yang tulus kepada PT Bintang Toedjoe atas terobosan dalam membangun ekosistem jahe merah yang komprehensif, menampilkan komoditas herbal asli Indonesia. Inisiatif ini melibatkan kolaborasi aktif antara petani, sektor swasta, lembaga pendidikan, dan instansi pemerintah. Perusahaan telah berhasil melakukan pengembangan inovatif produk berbasis jahe merah yang kini telah dipasarkan secara global,” kata Apt. Mohamad Kashuri, S.Si., M.Farm.

Ia juga menjelaskan pentingnya peran WHO–IRCH sebagai wadah kerja sama internasional untuk memperkuat kapasitas otoritas regulatori nasional di bidang obat herbal, serta mendukung WHO dalam memberikan rekomendasi kepada negara-negara anggotanya. “Upaya ini tidak hanya memastikan mutu, keamanan, dan khasiat obat herbal, tetapi juga mendorong integrasi berbasis bukti ilmiah ke dalam sistem kesehatan nasional,” tambahnya.

Bintang Toedjoe pun telah bertransformasi menjadi salah satu industri herbal terdepan di Indonesia yang berfokus pada pengembangan produk berbasis bahan alam yang teruji ilmiah dan aman dikonsumsi.

Baca juga: Indonesia-Turki Sepakati Kerja Sama 14 Sektor Industri

“Kami juga mengembangkan ekosistem herbal jahe merah yang terintegrasi dari hulu ke hilir, mulai dari perbenihan, budidaya bersama petani binaan, proses pasca panen, ekstraksi dan destilasi, hingga riset dan komersialisasi produk. Langkah ini tidak hanya memastikan pasokan bahan baku berkualitas tinggi, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat lokal,” jelas Irawati.

“Kehormatan bagi kami dapat menerima kunjungan WHO–IRCH dan BPOM. Pengakuan ini menjadi bukti nyata atas komitmen PT Bintang Toedjoe untuk tetap konsisten dalam menjaga standar tertinggi dalam regulasi, mutu, dan inovasi berkelanjutan demi kemajuan industri obat herbal nasional. Kunjungan ini memperkuat semangat kami untuk terus berinovasi dan memenuhi standar global dalam pengembangan produk herbal yang aman, berkhasiat, dan halal bagi masyarakat dunia, seperti Bejo Jahe Merah dan Komix Herbal,” tutur Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe, Fanny Kurniati.

Sementara itu, sebagai negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan bahan alam seperti jahe merah yang menjadi fokus riset unggulan Bintang Toedjoe. WHO menilai potensi ini strategis dalam mendukung konsep “Local Wisdom for Global Health” yang memanfaatkan bahan baku lokal menjadi produk herbal berstandar keamanan, khasiat, dan mutu global.

Kunjungan site visit WHO–IRCH ini diharapkan menjadi momentum penting dalam memperkuat peran Indonesia sebagai salah satu pusat pengembangan dan produksi obat herbal berstandar internasional. Selain itu, juga menjadi forum pertukaran pengetahuan untuk memperkuat inovasi, keberlanjutan, dan daya saing global industri herbal nasional.