Beritakota.id, Jakarta – Penjualan langsung dengan metode multi level marketing (MLM) atau pun direct selling (DS) saat ini bukan lagi hal yang baru. Banyak perusahaan yang mengandalkan penjualannya melalui metode MLM dan DS.
Tentunya, hal ini membuka peluang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memilih dan memiliki alternatif bisnis mandiri tanpa harus memiliki modal yang besar, dan untuk perusahaan-perusahaan MLM/ DS sendiri ini menjadi peluang besar dalam meraup pasar yang lebih besar lagi.
Ketua Umum Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) Kany V. Soemantoro mengatakan industri penjualan langsung di tahun 2021 akan tetap growing (tumbuh) dengan prediksi pertumbuhannya mencapai 10 hingga 20 persen tatkala perusahaan konvensional bertumbangan di tengah pandemi covid-19.
Pihaknya menegaskan beberapa perusahaan penjualan langsung (MLM/ DS) seperti produk food suplement (makanan kesehatan) terus bertumbuh dan akan dicari.
“APLI punya pengalaman sejak pengumuman PSBB Maret lalu anggota kami yang memasarkan food suplement kebanjiran oder. Mereka biasanya punya stok enam bulan bahkan untuk setahun tapi dalam sebulan sudah habis.
Kendati demikian pertumbuhan tersebut haruslah dibarengi dengan supply chain (rantai pasokan) yang memadai,” ungkapnya kepada redaksi MY INCOME ketika bertemu dan berbincang santai pada pertengahan November lalu.
Pandemi ini tentunya bagi industri penjualan langsung (MLM/ DS) sebagai peluang dan tantangan. Peluangnya, hampir 60 persen perusahaan penjualan langsung di sektor produk suplemen jadi komoditas yang sangat dibutuhkan, mengingat saat pandemi ini produk suplemen banyak digunakan atau di konsumsi guna menambah daya tahan imun tubuh.
Namun, tantangan terbesar yang dihadapi APLI saat ini adalah memahami perubahan perilaku konsumen. Tak dipungkiri dikatakan Kany semenjak pandemi ini penjualan secara online cukup siginifikan yaitu mencapai 95 persen dari sebelumnya hanya 45 persen.
Karena itu, Ia pun meminta para anggota atau perusahaan-perusahaan MLM/ DS yang tergabung di APLI agar siap menghadapi perubahan perilaku konsumen dan beradaptasi menyesuaikan dalam menjalankan transaksi bisnisnya. “Kalau mereka tidak sigap merubah infrastrukturnya meski banyak orang bilang industri direct selling tahan terhadap krisis. Tentunya menjalankan dengan cara online pun akan sulit bagi mereka,”terang Kany yang juga President NU SKIN Indonesia & Filipina.
Dengan 104 anggota perusahaan yang tergabung di APLI organisasi yang menjadi wadah persatuan dan kesatuan tempat berhimpun para perusahaan penjualan langsung multi level marketing (MLM) dan atau direct selling (DS) pihaknya acap kali sharing kepada anggota terkait inovasi apa yang dihasilkan untuk memperkuat bisnis ini sebagai salah satu industri yang bisa membantu perekonomian nasional.
“Kalau di APLI tiap bulan kita ada sharing (berbagi pengalaman) apa yang mereka lakukan, sharing is the best learning (berbagi pengalaman adalah pelajaran terbaik),” tandasnya. Ada dari anggota APLI menyikapi situasi seperti ini mereka membuat platform aplikasi online. Bagaimana perusahaan bisa buat landing page (panduan arahan) yang bisa jadi alat rekrut, dan sekarang rekrut orang tidak perlu bawa katalog lagi.
Menurutnya, masalah penjualan langsung ini bukan hanya di tahun 2020 ini atau saat pandemi ini. Sejak kehadiran platform transportasi online dan e-commerce cukup memukul industri penjualan langsung secara ritel kala itu.
“Karena kita bukan hanya jual produk tapi platform kita juga yang kini bersaing lebar. Kalau bisnis di MLM/ DS ini kan cukup mudah dengan tekad dan beli produk di awal saja kan sudah bisa menjalani bisnis ini, dan produk tidak perlu invest gede-gede. Mereka beberapa dari anggota APLI ini sudah ada yang membuat dan memiliki aplikasi untuk pengembangan bisnisnya,’terang Kany.
Dorong MLM lokal berjaya dalam negeri
Saat ini dengan 104 keberadaan perusahaan MLM yang berada di naungan APLI 40 persennya perusahaan MLM/ DS dari luar negeri dan sisanya perusahaan MLM/ DS lokal. Dan market industri ini, di dalam negeri sendiri masih sangat besar dan belum terjangkau maksimal.
“SDM profesional dalam pemasaran dan kuat di pasar lokal adalah cikal bakal MLM lokal untuk bisa jaya di internasional,” ujarnya.
Dirinya pun mencontohkan salah satu perusahaan MLM besutan Brazil yaitu, MLM Naturan yang saat ini memiliki omzet hingga 2 miliar USD, hanya di Brazilnya sendiri tidak terlalu besar, tapi setelah itu MLM Naturan ini besar di luar, seperti di Indonesia ini, karena market Indonesia memang besar.
Ia mengatakan perusahaan lokal harus punya pondasi yang kuat.“Bagimana kita mau keluar di dalam saja pasarnya belum terserap. Sebab itu, APLI selalu membekali kepada anggotanya dengan modul bagaimana mengurus perpajakan, tata kelola perusahaan, rantai pasok produk barang, mengelola marketing, pengelolaan manajemen yang tepat dan lainnya,”terang Kany.
“APLI juga bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi untuk memberi materi MLM/ DS bahkan berencana untuk dibuatkan prodi MLM/ DS guna menciptakan SDM unggul di bidang pemasaran industri MLM/ DS,” ungkapnya mengakhiri.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan