Beritakota.id, Jakarta – Di balik sosok akademisi muda dan intelektual yang kini menjabat sebagai Kepala Pusat Studi Krisis dan Resiliensi di LSPR Institute, Dr. Muhamad Hidayat (35) adalah figur inspiratif yang telah mengabdikan hidupnya bagi kemanusiaan dan pendidikan. Namanya kini dikenal luas sebagai dosen sekaligus relawan yang tangguh, dengan jejak langkah yang menginspirasi dari daerah tertinggal di Indonesia hingga zona konflik dunia.
Perjalanan panjang Dr. Hidayat dimulai dari langkah kecil bersama teman-temannya mendirikan Yayasan Generasi Emas Nusantara, sebuah gerakan yang berfokus pada pendidikan di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) Indonesia. Lewat yayasan ini, ia menginisiasi program-program pengiriman relawan pendidikan untuk memberikan akses belajar kepada anak-anak yang berada di pelosok negeri.
Baca juga : Mongol Stres Ungkap Kisah Nyata di Film Horor
Semangat pengabdiannya terus tumbuh, bahkan ketika ia menempuh karier akademik. Kini, sebagai dosen LSPR Institute, Dr. Hidayat tak hanya mengajar, tetapi juga membawa institusinya meraih prestasi dunia. Di bawah kepemimpinannya, LSPR Institute berhasil meraih peringkat 1 dunia dalam kategori Manajemen Krisis pada World University Rankings for Innovation (WURI) 2025, berkat program-program inovatif di bidang adaptasi perubahan iklim dan manajemen bencana.
Keahliannya di bidang komunikasi bencana dan perubahan iklim mengantarkannya mewakili Indonesia di berbagai forum internasional, antara lain High-Level Meeting on the Midterm Review of the Sendai Framework di Markas Besar PBB, New York (2023), Asia-Pacific Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction di Filipina (2024), dan Global Platform for Disaster Risk Reduction di Jenewa, Swiss (2025).
Namun kontribusinya tidak berhenti di ruang-ruang konferensi. Dr. Hidayat terjun langsung ke berbagai wilayah terdampak bencana dan konflik. Ia pernah bertugas sebagai relawan di perbatasan Turki-Suriah, Palestina-Jordania, Myanmar, Thailand, hingga Kamboja, daerah-daerah yang dikenal rawan dan penuh risiko. Saat pandemi COVID-19 melanda, ia membentuk sejumlah inisiatif seperti Gerakan Oksigen untuk Kemanusiaan, Ambulans untuk Kemanusiaan, dan Disinfektan untuk Kemanusiaan, serta menyusuri berbagai wilayah termasuk Papua untuk mendistribusikan bantuan.
Atas dedikasinya, ia menerima apresiasi khusus melalui program Indonesia Heroes edisi Kemerdekaan.
Di dunia akademik, Dr. Hidayat juga aktif menulis dan membagikan pengalamannya dalam bentuk buku, seperti “Komunikasi Bencana Perspektif Pembangunan Berkelanjutan” dan “Komunikasi Perubahan Iklim”. Ia juga rutin mengadakan edukasi publik tentang isu-isu krisis dan lingkungan.
Sebagai mantan Ketua BEM LSPR, ia merintis gerakan LSPR Peduli Pendidikan, program pengiriman mahasiswa untuk mengajar di daerah tertinggal sebuah warisan yang masih berjalan hingga kini.
Mengagumi nilai-nilai Bung Hatta, Dr. Hidayat memegang teguh prinsip bahwa kaum intelegensia memiliki tanggung jawab moral terhadap pembangunan bangsa. Prinsip itulah yang terus membakar semangatnya untuk terus berkontribusi, baik sebagai dosen maupun relawan.
Perjalanan hidup Dr. Muhamad Hidayat adalah kisah nyata tentang bagaimana ilmu, kepedulian, dan aksi nyata bisa berjalan seiring, menciptakan dampak besar tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di panggung global. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)