Beritakota.id, Andong – Wastra Indonesia merupakan kain tradisional yang sarat makna dan nilai budaya. Setiap daerah di nusantara memiliki kekhasan tersendiri yang tercermin dari simbol, warna, ukuran, hingga material yang digunakan. Kekayaan inilah yang menginspirasi dua anak muda Indonesia untuk memperkenalkan wastra ke kancah internasional. Adalah Kalya Mahiya Pravina dan I Gusti Agung Stefani Anindya, dua generasi muda kreatif yang berkolaborasi membawa ragam produk wastra Indonesia ke Korea Selatan dalam ajang Andong Mask Dance Festival, yang digelar di Kota Andong, Provinsi Gyeongsangbuk-do.
“Kolaborasi ini merupakan kerja sama antara aku dan Kak Anindya untuk menggabungkan teknik eco print dengan wastra Nusantara. Tujuannya agar motif alami dari daun bisa berpadu dengan kekayaan motif tradisional Indonesia, sehingga menghasilkan karya yang modern tapi tetap berakar pada budaya,” jelas Kalya, siswa kelas XI SMA Al Izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Baca juga : Cerita Wastra 2021 Latih 1.000 Pengrajin Kain Tenun di Indonesia
Sementara itu, Anindya mengungkapkan bahwa kolaborasi ini berawal dari ketertarikan mereka berdua pada dunia fashion.
“Kami sama-sama senang berkarya lewat fashion. Aku sering membuat busana bergaya modern yang dipadukan dengan wastra Indonesia, sementara Kalya punya ciri khas eco print. Dari situ, kami memutuskan untuk berkolaborasi dan menciptakan karya yang menunjukkan kreativitas serta kecintaan kami terhadap budaya Indonesia. Dengan dukungan orang tua, kami berhasil menggabungkan dua karakter tersebut menjadi produk yang cantik dan unik,” terang Anindya, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Dalam kolaborasi ini, keduanya menghasilkan beragam produk seperti kebaya kutubaru, celana kargo, jaket patchwork, rompi (vest), dan selendang.
“Khusus kebaya kutubaru, itu adalah signature product dari labelku,” tambah Anindya.
Beberapa produk hasil kolaborasi mereka bahkan diberikan secara simbolis kepada Wakil Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan di KBRI Seoul sebagai bentuk diplomasi budaya.
Anindya bercerita, kecintaannya pada wastra sudah tumbuh sejak kecil.
“Dari kecil, aku sering melihat Ibu mengenakan wastra. Awalnya belum terlalu tertarik, tapi saat SMA mulai tumbuh rasa kagum dan keinginan untuk membuat produk berbahan wastra sendiri,” kenangnya.
Kalya dan Anindya juga mengaku mendapat sambutan positif dari masyarakat Korea.
“Banyak yang tertarik dengan warna alami dan keunikan motifnya. Mereka kagum karena setiap lembar kain punya pola yang berbeda dan makna budaya tersendiri,” ungkap Kalya.
“Reaksi mereka sangat baik, dan apresiasi itu membuat kami semakin semangat untuk terus berkarya,” tambah Anindya.
Melalui kolaborasi ini, Kalya berharap wastra Nusantara semakin dikenal di kancah internasional dan mendorong generasi muda untuk lebih bangga mengenakan produk budaya sendiri.
“Semoga eco print bisa menjadi cara baru untuk melestarikan lingkungan melalui karya seni yang berkelanjutan,” tuturnya.
Anindya pun berharap kolaborasi ini tidak berhenti sampai di sini.
“Meskipun kami masih fokus pada kegiatan akademik, kami berencana untuk kembali berkolaborasi tahun depan, menciptakan karya baru untuk Indonesia,” pungkasnya. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)


