Beritakota.id, Jakarta – Dalam upaya melestarikan seni dakwah yang menyentuh dan membumi, Vely Syukran, penyiar senior Radio Republik Indonesia (RRI), segera meluncurkan buku terbarunya berjudul “Saritilawah: Seni Menyuarakan Pesan Ilahi”. Buku ini menjadi bentuk dedikasi Vely dalam mengangkat kembali seni saritilawah—seni membaca arti Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia secara ekspresif yang selama ini masih kurang mendapat sorotan dibandingkan tilawah atau nasyid.

Sebagai seorang broadcaster berpengalaman, Vely memahami betul peran suara dan ekspresi dalam menyampaikan pesan secara efektif. Dalam bukunya, ia mengupas tuntas teknik dasar saritilawah, mulai dari latihan pernapasan, intonasi suara, hingga penghayatan makna yang menjadi inti dari seni ini.

“Saritilawah adalah seni dakwah yang halus namun berdampak. Ia mampu menjangkau hati karena menyampaikan pesan Ilahi dalam bahasa yang langsung dipahami oleh masyarakat,” ucap Vely, Rabu (13/8/2025).

Buku ini juga membahas tantangan yang dihadapi oleh para pelantun saritilawah, seperti minimnya pelatihan khusus, terbatasnya ruang tampil, hingga kurangnya apresiasi publik. Namun demikian, Vely melihat adanya peluang besar di era digital. Menurutnya, media sosial dapat menjadi panggung strategis untuk memperkenalkan saritilawah kepada generasi muda.

“Konten audio-visual kini menjadi bahasa sehari-hari anak muda. Jika saritilawah dikemas dengan storytelling yang kuat dan visual menarik, saya yakin seni ini akan berkembang pesat,” tambahnya.

Baca juga : Santri Harus Melek Teknologi Digital Sebagai Lahan Dakwah

Peluncuran buku ini bertepatan dengan ulang tahun Vely yang ke-50, menandai lebih dari dua dekade kiprahnya di dunia penyiaran dan dakwah. Lebih dari sekadar buku panduan teknis, “Saritilawah: Seni Menyuarakan Pesan Ilahi” mengajak pembaca untuk memaknai saritilawah sebagai seni suara yang berpadu dengan hati, sebuah medium dakwah yang lembut namun mengakar dalam kehidupan sehari-hari.

Vely berharap, karyanya ini dapat menjadi inspirasi bagi lahirnya generasi baru pembaca saritilawah dari berbagai kalangan, khususnya di lingkungan majelis taklim, pesantren, komunitas dakwah, hingga sekolah berbasis Islam.

“Saya percaya majelis taklim bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga ruang potensial untuk memperkenalkan saritilawah secara luas,” pungkasnya.

Dikenal sebagai praktisi saritilawah, akademisi ilmu komunikasi, dan pembicara publik, Vely Syukran telah tampil di berbagai forum nasional dan internasional. Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di dunia siar, ia terus mendorong pelestarian seni dakwah yang tidak hanya relevan secara spiritual, tetapi juga komunikatif di era digital. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)