Menguatkan Jejak Peradaban Islam dan Diplomasi Soekarno di Uzbekistan

Beritakota.id, Jakarta – Dalam upaya memperkuat ikatan sejarah, peradaban, dan diplomasi antara Indonesia dan Uzbekistan, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Uzbekistan menyelenggarakan Public Expose. Kegiatan ini  bertajuk “1000 Cahaya Indonesia untuk Amirul Mukminin Fil Hadist” yang berlangsung pada Senin (25/11/24), dan dihadiri oleh berbagai tokoh akademisi, aktivis sosial, serta mahasiswa.

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang mendukung renovasi masif Kompleks Makam Imam Bukhari di Khartang, Samarkand, Uzbekistan. Renovasi dijadwalkan rampung pada Juni 2025, mencakup pembangunan Taman dan Perpustakaan “Soekarno Garden”. Ini merupakan simbol penghormatan kepada Presiden Soekarno, atas perannya dalam pemugaran makam Imam Bukhari pada tahun 1961.

Imam Bukhari dan Pengaruhnya pada Peradaban Islam

Imam Bukhari, atau Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, adalah sosok penting dalam sejarah Islam. Lahir di Bukhara, Uzbekistan, pada 21 Juli 810 . Ia dikenal sebagai perawi hadis terkemuka yang menyusun karya monumental Sahih Bukhari, yang hingga kini menjadi rujukan utama dalam ilmu hadis. Dijuluki Amirul Mukminin Fil Hadist, pengaruhnya melampaui batas geografis dan zaman, termasuk memberikan dampak signifikan pada perkembangan peradaban Islam di Indonesia.

“Acara ini bertujuan menggali lebih dalam kontribusi Imam Bukhari dalam membentuk peradaban Islam dunia serta dampaknya di Indonesia,” ucap Prof. Ismatu Ropi, MA., PhD, Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta. “Selain itu, program ini mendukung pembangunan Taman dan Perpustakaan Soekarno Garden sebagai simbol kolaborasi budaya, pendidikan, dan diplomasi antara Indonesia dan Uzbekistan.”

Soekarno dan Pemugaran Makam Imam Bukhari

Jejak sejarah Soekarno dalam memugar makam Imam Bukhari menjadi cerita yang menginspirasi. Pada tahun 1956, Presiden Soekarno mengajukan syarat kepada Nikita Khrushchev, Pemimpin Uni Soviet, untuk menemukan makam Imam Bukhari sebagai bagian dari kunjungan diplomatiknya ke Moskow. Berkat usahanya, makam yang sebelumnya tidak terawat kini menjadi destinasi utama wisata religi di Uzbekistan.

Prof. Ismatu Ropi menekankan pentingnya proyek ini sebagai simbol penghormatan dan penguatan hubungan bilateral. Menurutnya, perpustakaan ini akan menjadi pusat literasi yang mengkurasi buku-buku terbaik tentang Islam, sejarah, dan isu-isu kontemporer dari Indonesia.

Wakil Rektor Bidang Kerjasama UIN Jakarta, Din Wahid, MA., PhD, menambahkan bahwa proyek ini memiliki dampak luas, sebagai sarana edutainment untuk menghubungkan generasi muda, khususnya Gen Z dan Gen Alpha, dengan sejarah peradaban Indonesia dan dunia. Kedua, mempercepat kolaborasi lintas sektor dalam mencetak cendekiawan global.

Kegiatan ini juga untuk menguatkan riset tentang pengaruh Imam Bukhari terhadap peradaban global dan kehidupan sosial Indonesia. Membangun semangat kolektif masyarakat dengan nilai persatuan. Termasuk mengenang jasa para pahlawan, termasuk meningkatkan kepedulian terhadap kesejahteraan para pejuang kemerdekaa dan meningkatkan reputasi global Indonesia melalui kerjasama pendidikan.

Direktur HPT Tour dan Travel, Dewi Noorsanty Baaman, menekankan pentingnya partisipasi generasi muda dalam program ini. “Jika sekedar jalan, kita hanya jadi turis. Jika hanya membaca, kita jadi kutu buku. Tetapi jika kita menyelami langsung, maka akan menjadi kenangan dan kebanggaan sepanjang masa,” ujarnya.

Dukungan mengalir dari Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Jakarta, Universitas PTIQ, dan DPP Pemuda Panca Marga. Mereka berkomitmen membantu penyebaran informasi, penggalangan dana, dan dukungan literasi untuk mencetak cendekiawan muslim global.

Public Expose ini menghadirkan narasumber terkemuka, seperti KH. Abdul Mun’im DZ, Pimpinan Yayasan Panata Dipantara. Yudi Al Amin, Political Minister Counsellor di KBRI Tashkent dan Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A., Dosen Ilmu Hadits Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta.

Melalui acara ini, diharapkan semangat kolektif dan kepedulian terhadap sejarah dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus berkontribusi dalam membangun peradaban Islam dan reputasi Indonesia di mata dunia. (Herman Effendi/Lukman Hqeem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *