Beritakota.id, Jakarta – Penggunaan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia bukan lagi sekadar wacana masa depan. Berdasarkan laporan Microsoft dan LinkedIn, 92% pekerja intelektual di Indonesia telah menggunakan AI generatif dalam pekerjaan mereka angka yang melampaui rata-rata global. Di balik tren tersebut, muncul kebutuhan untuk adopsi teknologi yang tidak hanya canggih, tetapi juga relevan dengan karakter industri masing-masing.
PT Esensi Solusi Buana (ESB), penyedia software berbasis cloud khusus industri F&B, menjawab tantangan ini dengan meluncurkan OLIN, asisten AI pertama yang dirancang khusus untuk bisnis kuliner. Dirilis secara resmi pada tahun 2025, OLIN merupakan hasil pengembangan selama dua tahun untuk memahami ritme dan tantangan unik dunia kuliner. Tidak seperti aplikasi AI konvensional yang bersifat pasif, OLIN bekerja secara proaktif menganalisis data harian, membaca tren, hingga memberikan rekomendasi bisnis yang langsung bisa diimplementasikan.
“Penggunaan AI hari ini bukan lagi pilihan, tapi keniscayaan,” tegas Gunawan, Co-Founder & CEO ESB, Selasa (29/7/2025). “Bukan soal suka atau tidak, tapi tentang kesiapan untuk bertahan di tengah persaingan yang berubah total. Semakin cepat kita memulai, semakin besar manfaat yang bisa dirasakan.”
Kesadaran inilah yang mendorong ESB menggelar acara Founders’ Table Media Luncheon bertema “Dari Dapur ke Data: Menangkan Persaingan Kuliner Lewat Adopsi AI Sejak Dini.” Dalam forum ini, para pelaku industri membagikan pengalaman nyata mengenai implementasi teknologi seperti OLIN dalam mendukung pengambilan keputusan yang lebih strategis.
Salah satu testimoni datang dari Regan S. Subagio, pemilik restoran Hongkong Bay. “OLIN bukan hanya soal efisiensi. Ia membantu kami membaca dampak promo terhadap penjualan, membuat keputusan tidak lagi berbasis intuisi, tapi data,” jelas Regan. “Teknologi ini seperti punya analis bisnis pribadi yang siap 24 jam.”
Hongkong Bay sendiri telah menggunakan sistem ESB sejak berdiri tahun 2022. Dengan dukungan tim kuliner berpengalaman, termasuk dua finalis MasterChef Indonesia, sistem ESB memungkinkan pengelolaan operasional lebih rapi, bahkan saat jumlah staf terbatas. “ESB Order membuat kami bisa tetap operasional meski hanya ada satu staf melayani tiga lantai,” tambah Regan.
Senada, Ayu Switriani, F&B Director dari Temuku, menganggap digitalisasi melalui OLIN dan ESB bukan lagi sekadar opsi tambahan, tapi kebutuhan dasar. “OLIN memberikan insight berbasis data yang membantu kami menentukan strategi menu dan promosi secara lebih percaya diri,” jelas Ayu. “Dengan fondasi digital yang kuat, kami yakin Temuku bisa berkembang dari brand lokal menjadi pemain nasional bahkan global.”
OLIN sendiri mampu memberikan hasil analisis dan proyeksi dengan tingkat akurasi hingga 98%, serta terbukti meningkatkan penjualan lebih dari 50% setelah penggunaan minimal tiga bulan. Dengan fitur-fitur seperti proyeksi penjualan, deteksi potensi kecurangan otomatis, hingga rekomendasi promosi berbasis data pelanggan, OLIN menjadi mitra strategis dalam setiap pengambilan keputusan penting.
Kampanye #BebasCemas yang diusung ESB menjadi gerakan nyata dalam membantu pelaku usaha kuliner menghadapi tantangan bisnis dengan lebih percaya diri. Tidak hanya menyediakan teknologi, ESB juga membentuk Komunitas #BebasCemas ruang kolaboratif untuk saling berbagi pengalaman dan tumbuh bersama.
“Fokus kami bukan hanya teknologi, tapi bagaimana inovasi ini mampu memberdayakan,” pungkas Gunawan. “OLIN tidak hadir untuk menggantikan manusia, tapi untuk memperkuat hubungan antar manusia agar pemilik usaha bisa fokus membangun tim dan menciptakan pengalaman terbaik bagi pelanggan.”
Dengan teknologi yang tepat dan ekosistem yang mendukung, masa depan industri kuliner Indonesia terlihat semakin adaptif, kuat, dan kolaboratif. (Herman Effendi / Lukman Hqeem)