Beritakota.id, Bondowoso – Setelah empat hari pelatihan intensif, Desa Pejaten Kecamatan Bondowoso, kini resmi menyandang status sebagai Desa Tangguh Bencana (Destana).  Kegiatan digelar oleh BPBD Bondowoso sejak Minggu (13/7/2025) hingga Rabu (16/7/2025) ini ditutup dengan semangat baru dari para peserta: siap siaga, saling bahu-membahu, siap untuk selamat dan tidak lagi hanya mengandalkan bantuan dari luar saat bencana terjadi.

Sebanyak 30 peserta yang berasal dari berbagai unsur masyarakat, mulai dari perangkat desa, kader kesehatan, tokoh masyarakat, relawan, hingga warga umum, baik laki-laki maupun perempuan, mengikuti pelatihan ini dengan penuh antusias. Mereka terlibat aktif dalam setiap sesi yang membahas mitigasi risiko, evakuasi darurat, pertolongan pertama, hingga simulasi penanganan bencana.

Baca juga : BPBD Jakarta: 114 RT Masih Terendam Banjir, Berikut Sebaran Lokasinya

Materi disampaikan secara interaktif dan praktis, menyesuaikan dengan kondisi geografis dan sosial Desa Pejaten.

“Pelatihannya padat, tapi sangat bermanfaat. Sekarang kami tahu harus mulai dari mana kalau ada bencana. Kami tak ingin jadi korban yang pasif,” ujar Hariyanto, Ketua RT 8, yang menjadi salah satu peserta paling aktif dalam pelatihan.

Kegiatan ini difasilitasi oleh BPBD Kabupaten Bondowoso, dengan pendampingan langsung dari perwakilan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indar Siswoyo, S.Pd., M.AP. Selama pelatihan, Indar memberikan pembekalan materi serta pendampingan teknis bagi peserta dalam menyusun rencana aksi tanggap darurat berbasis masyarakat.

“Semua potensi desa harus bersatu saat bencana datang. Kita ingin membentuk komunitas siaga yang bisa bergerak sebelum tim luar tiba,” jelas Indar dalam salah satu sesi pelatihan.

Materi yang disampaikan mencakup konsep dasar kebencanaan, pemetaan risiko lokal, strategi evakuasi, hingga pendekatan pemulihan pascabencana secara mandiri.

Kepala Desa Pejaten, Jonianto, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan program ini di wilayahnya. Menurutnya, status Destana bukan sekadar simbol, melainkan bentuk komitmen kolektif masyarakat dalam membangun budaya siaga.

“Saya sangat bangga dengan antusiasme warga. Empat hari ini bukan hanya belajar, tapi membangun kesadaran bersama. Jangan tunggu bencana datang baru panik. Mulai sekarang, kita punya tim dan pengetahuan untuk siaga,” tegasnya saat penutupan, Rabu (16/7/2025).

Sebagai tindak lanjut konkret dari pelatihan, kegiatan ini juga berhasil membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Pejaten. Forum ini akan menjadi penggerak utama dalam berbagai upaya kesiapsiagaan, mitigasi, hingga penanganan bencana di tingkat desa.

Melalui musyawarah peserta, Hariyanto terpilih sebagai Ketua FPRB pertama Desa Pejaten.

“Kami akan terus latihan, membentuk tim siaga, dan berkoordinasi dengan pemdes. Kami ingin Pejaten bukan hanya tangguh untuk dirinya sendiri, tapi juga siap membantu desa lain kalau dibutuhkan,” ujarnya usai terpilih.

Perwakilan dari BPBD Kabupaten Bondowoso, M. Heru dari Seksi Pencegahan, menyampaikan harapan besar terhadap keberlanjutan program ini.

“Semoga Destana ini menjadi embrio penanganan bencana di Desa Pejaten. Masyarakat harus mampu beradaptasi dengan potensi ancaman di wilayahnya. Kenali bahayanya, siapkan strateginya, kurangi risikonya, dan siap untuk selamat,” ujarnya menutup kegiatan.

Penutupan pelatihan ditandai dengan refleksi bersama, pesan dari narasumber, serta foto bersama seluruh peserta dan penyelenggara. Para peserta menyatakan komitmennya untuk melanjutkan semangat pelatihan di lingkungan masing-masing.

Dengan berakhirnya pelatihan ini, Pejaten bukan lagi hanya desa yang aman. Pejaten telah naik kelas menjadi desa yang tangguh, mandiri, dan siap menghadapi situasi darurat. Melalui pembentukan FPRB, warga kini memiliki struktur komunitas yang siap bergerak cepat — menjadikan mereka bukan lagi objek bantuan, tetapi subjek utama dalam penanggulangan risiko bencana. (Yuris/Lukman Hqeem)