Beritakota.id, Jakarta – Penjualan ritel AS mengalami kenaikan kembali, bahkan lebih tinggi dari perkiraan awal untuk periode bulan Juni. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan secara moderat dalam aktivitas ekonomi di negeri Paman Sam. Secara khusus, ini juga memberikan alasan bagi Federal Reserve selaku Bank Sentral untuk menunda rencana pemotongan suku bunga, dimana mereka akan mengukur kembali dampak kebijakan inflasi dari tarif impor yang dijalankan pemerintahan Presiden Donald Trump saat ini.
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS yang disampaikan pada hari Kamis waktu setempat ini juga menunjukkan adanya pengajuan tunjangan pengangguran untuk pertama kali yang turun ke level terendah dalam tiga bulan hingga akhir minggu lalu. Hal ini konsisten dengan pertumbuhan lapangan kerja yang stabil pada bulan Juli.
Bank sentral AS sendiri kini berada di bawah tekanan dari Presiden Donald Trump untuk menurunkan biaya pinjaman. Namun, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25%-4,50%, yang telah dipertahankan sejak Desember, pada pertemuan kebijakan akhir bulan ini.
Data ini secara umum berada di sisi yang lebih kuat dalam hal aktivitas dan lapangan kerja. Hal ini mendukung pandangan bahwa hanya ada sedikit kebutuhan mendesak untuk pemangkasan suku bunga lagi dari The Fed.
Baca juga : Inflasi AS Menghangat Setelah Harga Konsumen Naik Lagi
Penjualan ritel meningkat 0,6% bulan lalu setelah penurunan 0,9% yang tidak direvisi pada bulan Mei, menurut Biro Sensus Departemen Perdagangan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penjualan ritel, yang sebagian besar berupa barang dan tidak disesuaikan dengan inflasi, akan naik 0,1%. Penjualan naik 3,9% secara tahunan.
Sebagian dari kenaikan penjualan ritel yang hampir menyeluruh bulan lalu kemungkinan besar disebabkan oleh kenaikan harga yang didorong oleh tarif, bukan volume.
Data inflasi minggu ini menunjukkan kenaikan yang solid pada bulan Juni dalam biaya barang-barang yang sensitif terhadap tarif seperti perabot dan perlengkapan rumah tangga, peralatan, barang olahraga, dan mainan. Beberapa ekonom mengatakan kekhawatiran akan harga yang lebih tinggi telah mendorong penjualan bulan lalu.
Namun, rebound penjualan ritel setelah dua penurunan bulanan berturut-turut disambut baik. Penjualan menurun karena dorongan dari rumah tangga yang bergegas membeli kendaraan bermotor untuk menghindari harga yang lebih tinggi akibat bea masuk berkurang. Dealer mobil memimpin peningkatan penjualan, dengan penerimaan meningkat 1,2% setelah turun 3,8% pada bulan Mei. Namun, produsen mobil melaporkan penurunan penjualan unit pada bulan Juni, yang menunjukkan peningkatan penerimaan tersebut disebabkan oleh harga yang lebih tinggi.
Penjualan di toko bahan bangunan dan peralatan taman meningkat 0,9% bulan lalu, begitu pula penerimaan di toko pakaian. Penjualan ritel daring naik 0,4%, sementara penjualan di toko peralatan olahraga, hobi, alat musik, dan buku naik 0,2%.
Penjualan di tempat layanan makanan dan minuman, satu-satunya komponen jasa dalam laporan tersebut, meningkat 0,6%. Para ekonom memandang makan di luar sebagai indikator utama keuangan rumah tangga. Namun, pendapatan di toko elektronik dan peralatan rumah tangga turun 0,1%, begitu pula penerimaan di gerai furnitur, yang menunjukkan kenaikan harga terkait tarif telah menekan permintaan konsumen.
Bursa saham-saham di Wall Street merespon dengan naik, Dolar AS bahkan mampu menguat terhadap sekeranjang mata uang lainnya. Sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS berakhir beragam. (Lukman Hqeem)