Beritakota.id, Jakarta – Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) mengambil langkah inovatif dengan meluncurkan 25 seri buku anak dan komik Diponegoro. Langkah ini dirancang khusus agar anak-anak Indonesia dapat lebih mudah **memahami nilai-nilai sejarah bangsa* yang kaya. Peluncuran ini sekaligus menjadi bagian dari upaya penguatan *budaya baca sejak usia dini*.
Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, menjelaskan bahwa format komik dipilih karena kemampuannya merangsang multi kompetensi pada anak. “Anak tidak hanya membaca teks singkat, tetapi juga belajar memahami konteks dari gambar, karakter, dan tokoh di dalam komik secara berkelanjutan,” ujar Aminudin Aziz di Jakarta pada Kamis, 25 September 2025.
Ia berharap, karya ini tidak hanya mendorong aktivitas membaca, tetapi juga membuka ruang dialog antara anak, guru, dan orang tua mengenai peristiwa Perang Jawa yang diangkat dari naskah asli Babad Diponegoro.
Kolaborasi apik ini terwujud berkat sinergi Perpusnas dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB). Aminudin Aziz mengapresiasi cepatnya proses produksi 25 komik sejarah ini, “Saya menyampaikan terima kasih kepada pihak Fakultas Seni Rupa dan Desain di ITB atas kolaborasi, tanggung jawab bersama menghasilkan 25 komik dengan cerita yang diadaptasi dari naskah asli Babad Diponegoro dalam waktu yang singkat.”
Peluncuran rangkaian komik bersejarah ini menjadi bagian dari peringatan akbar *200 tahun Perang Jawa* dan Hari Kunjung Perpustakaan. Sebelumnya, Perpusnas juga telah menggelar peluncuran dan bedah buku terkait sejarah Perang Jawa, seperti “Babad Diponegoro: Sebuah Hidup yang Ditakdirkan” serta “Sketsa Perang Jawa Tahun 1825: Kesaksian Pelaku Sejarah” pada 23 Juli 2025, dan “Babad Kedung Kebo: Perang Jawa dari Sudut Pandang Liyan” pada 26 Agustus 2025.
Ketua Tim Penyusun Buku Anak dan Komik Diponegoro FSRD ITB, Riama Maslan Sihombing, menegaskan bahwa proyek ini berakar dari keyakinan akan kekuatan *bahasa visual* untuk menjembatani sejarah besar dengan imajinasi anak.
“Cara terbaik untuk menjembatani sejarah besar dengan imajinasi anak-anak adalah melalui bahasa yang paling universal yaitu bahasa visual,” tuturnya. Tim penyusun mengadaptasi sumber primer seperti Babad Diponegoro dan kajian kontemporer, memecahnya menjadi fragmen naratif sarat nilai universal, di mana ilustrasi berperan sebagai jembatan kognitif dan emosional.
Senada dengan itu, Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Ratna Djumala, menekankan pentingnya sastra anak yang bahasanya, isi, dan penyajiannya disesuaikan dengan perkembangan psikologis anak. Ia memuji alih wahana Babad Diponegoro menjadi cerita bergambar dan komik sebagai langkah luar biasa Perpusnas dan FSRD ITB.
Tak hanya memberikan pengetahuan sejarah, buku ini juga menawarkan hiburan dan edukasi budi pekerti. Penulis dan editor Tempo Publishing, Suhardi Budi Santoso, menilai kolaborasi ini telah memenuhi fungsi buku dengan baik. Lebih lanjut, konselor dan pendiri Parentsea, Pramudya Ardyagarini Nugroho, menyoroti manfaat komik bagi anak-anak, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus seperti ADHD. Bentuknya yang kaya gambar dengan tulisan pendek dinilai efektif membantu anak ADHD untuk fokus.
Acara peluncuran yang berlangsung secara hibrida ini turut dihadiri oleh tokoh penting dari Perpusnas, ITB, dan BRIN, menandai langkah signifikan dalam upaya *menanamkan nilai perjuangan dan nasionalisme* kepada generasi penerus bangsa melalui media yang relevan dan menarik.