Beritakota.id, Jakarta – Disutradarai oleh David Mackenzie (dikenal lewat Hell or High Water), Relay adalah thriller korporasi yang dibintangi Riz Ahmed sebagai Ash, seorang fixer misterius. Ia menggunakan layanan telekomunikasi relay—didesain untuk tunarungu—sebagai alat amannya untuk melindungi identitasnya. Lily James berperan sebagai Sarah, seorang ilmuwan yang ingin membocorkan dokumen rahasia. Konflik memuncak ketika ternyata Sarah mungkin bersekongkol dengan korporasi yang mengejarnya. Film ini pertama kali tayang di Toronto International Film Festival pada 2024 dan rilis resmi di jaringan bioskop Tanah Air pada 27 Agustus 2025.
Hal yang menarik dari film ini adalah gaya thriller yang klasik dengan sentuhan modern. Bahkan narasi film menggiring penonton ke dalam suasana paranoid ala era ’70-an. Terinspirasi dari film seperti The Conversation atau Michael Clayton. Namun, settingnya tetap terasa relevan di New York modern dengan teknologi seadanya, misalnya relay telekomunikasi analog.
Riz Ahmed sebagai Ash tampil memukau lewat akting yang tenang, namun intens; tanpa banyak dialog, ia berhasil membangun ketegangan hanya lewat pandangan, gestur, dan kesunyiannya. Peran Ash sebagai fixer yang penuh beban emosional terutama seperti perjuangannya di AA, memberi kedalaman karakter yang mengena.
Aksi utama bukan berupa tembak-tembakan, melainkan permainan strategi dan kecerdikan: pengiriman dokumen, tipuan digital, pengacakan jejak, hingga jebakan psikologis. Beberapa adegan—seperti di Times Square maupun stasiun kereta—disajikan dengan kepiawaian luar biasa.
Baca juga : Review Film Red Sonja; Kembalinya Aksi Pendekar Pedang Wanita
Suasana dan pengerjaan thrillernya sangat intens yang menggabungkan gaya noir dan modern dengan mantap. Bahkan unsur nostalgia berhasil dibangun lewat sentuhan klasik ala 70-an yang terasa orisinal dalam konteks zaman sekarang. Dengan teknik sinematik yang menawan:, Relay mengapresiasi sinematografi, pacing, dan eksplorasi ketegangan yang dihadirkan Mackenzie meski sebagian momen di klimaks dianggap terlalu klise.
Plot kadang tidak meyakinkan, beberapa keputusan karakter terkesan tidak masuk akal, ketika seorang ilmuwan jenius tidak berpikir lebih cerdik untuk menghindar dari penguntit. Ketegangan cenderung menurun di akhir cerita.
Twist klimaks terasa lemah atau membosankan dimana banyak yang merasa adegan akhir seperti beralih ke aksi biasa ala B-movie, mengikis ketegangan yang dibangun sebelumnya. Bisa jadi karena kurangnya chemistry antar tokoh, sehingga film ini menyesalkan minimnya dinamika emosional antara Ash dan Sarah.
Film Relay merupakan thriller cerdas yang kuat di pengembangan suasana dan karakter, meski kurang gemilang di klimaks. Masih layak buat para penyuka ketegangan subtil dan cerita yang menuntut perhatian penuh terutama untuk merasakan kekuatan Riz Ahmed sebagai magnet layar dan sutradara yang mempertahankan kontrol visual dan narasi.
Pada akhirnya, buat para penikmat thriller yang suka berpikir strategis, pencinta estetika neo-noir, atau penggemar dari Riz Ahmed dan David Mackenzie, tentu Relay ini sangat menarik dan menghibur. Skor 7/10. (Lukman Hqeem)