Sistem Manajemen Baterai Akan Berbasis Ekonomi Sirkular

Beritakota.id, Jakarta – Pemerintah Indonesia terus memperkuat komitmennya dalam mendorong transisi menuju energi berkelanjutan di sektor transportasi melalui pengembangan kendaraan listrik (EV). Target ambisius pun ditetapkan: sebanyak 1 juta unit mobil listrik diproyeksikan akan mengaspal di jalanan Indonesia pada tahun 2030.

Seiring dengan proyeksi tersebut, Pemerintah tengah menyiapkan langkah strategis dalam membangun sistem manajemen baterai kendaraan listrik yang berlandaskan prinsip ekonomi sirkular. Langkah ini dinilai krusial untuk mendukung pertumbuhan pesat kendaraan listrik sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Direktur Direktorat Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Priyanto Rohmattullah, menyampaikan bahwa transisi ke kendaraan listrik merupakan strategi kunci dalam mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi, sejalan dengan target pembangunan rendah karbon nasional.

Baca Juga : ENTREV: Kolaborasi Lintas Sektoral dan Global Kunci Keberlanjutan Ekosistem EV

“Pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia mengalami lonjakan signifikan. Tahun 2022 tercatat sebanyak 41 ribu unit mobil listrik, meningkat menjadi 116 ribu unit di 2023, dan pada 2024 telah mencapai 207 ribu unit. Artinya, rata-rata pertumbuhan tahunan berada di atas 100 persen,” jelas Priyanto dalam keterangan resmi, Kamis (15/5/2025).

Menurutnya, target 1 juta unit mobil listrik pada tahun 2030 diproyeksikan mampu menghemat konsumsi bahan bakar hingga 12,5 juta barel serta mengurangi emisi karbon sebanyak 4,6 juta ton. Namun, akselerasi ini juga menuntut kesiapan dalam aspek pengelolaan limbah baterai yang berpotensi mencemari lingkungan jika tidak ditangani dengan baik.

“Fasilitas manajemen baterai yang ada saat ini masih terbatas. Karena itu, dalam lima tahun ke depan, pemerintah berupaya membangun sistem manajemen baterai yang komprehensif dan terintegrasi. Ekonomi sirkular menjadi pendekatan yang kami dorong di seluruh rantai nilai mulai dari produksi, distribusi, konsumsi, hingga proses daur ulang dan pemulihan,” imbuhnya.

Menanggapi langkah tersebut, Perwakilan ENTREV (Enhancing Readiness for The Transition to Electric Vehicles in Indonesia), Eko Adji Buwono, menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan ekosistem pengelolaan baterai dan daur ulang EV. Menurutnya, sektor ini masih relatif baru dan belum banyak pelaku usaha yang terlibat.

“Memahami rantai nilai EV secara utuh sangat penting untuk menyusun solusi yang efektif. Terutama untuk aspek daur ulang baterai, yang saat ini belum memiliki banyak pemain,” ujar Eko.

Ia juga mengapresiasi pendekatan ekonomi sirkular yang diusung pemerintah, karena selain berdampak positif terhadap lingkungan, juga berpotensi menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

“Dengan membangun ekonomi sirkular untuk daur ulang baterai, transisi energi yang kita lakukan tidak hanya berdampak pada pengurangan emisi karbon, tetapi juga berkontribusi pada penguatan ekonomi hijau nasional,” pungkasnya.

Program ENTREV sendiri merupakan proyek kolaborasi antara UNDP (United Nations Development Programme) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (GATRIK), yang bertujuan untuk membangun kesiapan dan memperkuat ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *