Beritakota.id, Jakarta – Kabar kekosongan bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Shell masih menjadi perhatian publik. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Laode Sulaeman, akhirnya buka suara terkait masalah ini, memberikan penjelasan yang lebih detail mengenai penyebabnya.
Menurut Laode, kekosongan BBM di SPBU Shell disebabkan oleh belum adanya kesepakatan antara Shell dengan Pertamina mengenai pembelian BBM. Pernyataan ini sekaligus mengklarifikasi klaim Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, pada Jumat (19/9) lalu yang menyebutkan bahwa Shell dan operator SPBU swasta lainnya telah sepakat untuk membeli atau mengimpor BBM melalui Pertamina.
“Shell masih dalam proses negosiasi,” ungkap Laode, pada Senin (29/9/2025). Ia menambahkan bahwa hingga saat ini, baru PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) yang telah mencapai kesepakatan dengan Pertamina. Hal ini sesuai dengan informasi yang telah beredar sebelumnya.
Laode menekankan bahwa proses negosiasi antara Pertamina dan badan usaha (BU) swasta lainnya terus berjalan. Ia berharap, kesepakatan serupa dengan Shell dan operator SPBU swasta lain dapat tercapai dalam waktu dekat, tepatnya pada minggu ini.
“Ditunggu saja, kan ketersediaan (BBM) tergantung kesepakatan dari swasta sama Pertamina,” tegas Laode. Ia menjelaskan bahwa ketersediaan BBM di SPBU swasta sangat bergantung pada hasil negosiasi bisnis (B2B) antara kedua belah pihak. Namun, Laode menegaskan bahwa Kementerian ESDM hanya akan memonitor proses tersebut, tanpa ikut campur dalam poin-poin kesepakatan.
Dengan belum adanya kesepakatan ini, konsumen SPBU Shell terpaksa harus mencari alternatif pengisian bahan bakar. Situasi ini tentu menimbulkan pertanyaan mengenai dampak pada harga BBM dan ketersediaan secara keseluruhan. Pemerintah diharapkan dapat terus memantau perkembangan negosiasi ini agar kebutuhan BBM masyarakat tetap terpenuhi. (Adang Sumarna)