Beritakota.id, Jakarta – Di tengah hiruk pikuk kehidupan, seorang Dai Transformatif bernama Ustaz Sofwan Ismail, yang ditugaskan oleh Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa), membuktikan bahwa dakwah tak hanya soal lisan, tetapi juga aksi nyata.
Di Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Ustaz Sofwan merealisasikan pesan dakwahnya menjadi gerakan ekonomi yang memberdayakan umat, khususnya melalui budidaya jamur tiram.
Sejak 2024, Ustaz Sofwan memulai budidaya jamur tiram. Kini, program tersebut telah memberikan manfaat kepada 10 orang, yang merupakan bagian dari asnaf penerima zakat. Awalnya, ia membeli 250 baglog (media tumbuh jamur), dan hasil panen langsung dipasarkan.
“Alhamdulillah setelah dibudidaya menghasilkan juga. Setiap penerima manfaat itu menghasilkan 300 ribu rupiah per bulan atau 1,2 juta rupiah per 4 bulan. Karena siklus baglog jamur tiram itu habisnya setiap 4 bulan,” ujar Ustaz Sofwan saat ditemui pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Setelah tiga siklus panen (12 bulan), produksi jamur tiram terus meningkat, kini mencapai tiga ribu baglog. Ustaz Sofwan tak berhenti belajar, terus mengevaluasi, dan mengembangkan budidaya ini. Hasilnya, ia mampu memproduksi bibit dan baglog sendiri, yang secara signifikan menekan biaya produksi.
“Akhirnya sekarang, hasil dari belajar, saya bersama para penerima manfaat mengerjakan bibit dan baglog sendiri. Agar nantinya penghasilan penerima manfaat bisa naik. Terutama target saya di tahun 2026 penerima manfaat bisa memperoleh setara UMR Bandung,” ungkap Ustaz Sofwan penuh semangat.
Pemberdayaan Asnaf Zakat
Penerima manfaat budidaya jamur tiram dipilih dari kalangan asnaf zakat, yaitu fakir miskin. Mereka adalah orang tua yang tak mampu bekerja keras, petani tak bertanah, dan buruh serabutan yang kesulitan mencari penghidupan tetap.
“Inisiatif budidaya jamur tiram ini datang dari masyarakat sendiri. Setelah saya berhasil mencoba dari sedikit jamur tiram itu, mereka mau ikut mencoba juga. Akhirnya setelah sekian bulan berhasil dan terus berkembang,” jelas Ustaz Sofwan.
Sebagai seorang Dai Transformatif, Ustaz Sofwan mengakui adanya tantangan. Namun, ia selalu berpegang pada prinsip yang menginspirasi:
“Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya,” pungkasnya.


