Beritakota.id, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi bencana hidrometeorologi yang mengancam Indonesia selama sepekan ke depan, 11-16 Agustus 2025. Meskipun tengah berada di musim kemarau, peningkatan curah hujan signifikan sejak awal Agustus memicu potensi cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai seluruh lapisan masyarakat.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyampaikan potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua pada 11-13 Agustus 2025. Meskipun intensitas hujan diperkirakan menurun pada 14-16 Agustus, Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Papua Pegunungan tetap berpotensi mengalami hujan lebat.

Ancaman di Berbagai Sektor

Hujan lebat berpotensi mengganggu aktivitas panen dan tanam di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatra Selatan. Petani diimbau menghindari penanaman di lahan rendah dan memperkuat infrastruktur irigasi. Sebaliknya, NTB dan NTT yang lebih kering, cocok untuk pengeringan hasil panen.
Destinasi pegunungan dan air terjun berpotensi terdampak hujan lebat dan kabut. Wisatawan diimbau waspada. Sementara itu, wisatawan di pantai selatan Jawa dan Bali harus mewaspadai gelombang tinggi dan angin kencang. Aktivitas laut seperti snorkeling dan surfing sebaiknya ditunda.

Jalan raya di wilayah pegunungan berpotensi licin dan longsor. Pengguna jalan darat diimbau meningkatkan kewaspadaan. Nelayan dan operator kapal juga diimbau mematuhi peringatan BMKG terkait gelombang tinggi di Samudra Hindia Barat Sumatera, Perairan Selatan Jawa dan Bali, serta Perairan Selatan Lombok hingga Pulau Sumba. Maskapai penerbangan perlu memperhatikan informasi SIGMET dan NOTAM terkait potensi turbulensi akibat awan Cumulonimbus.

Penyebab Cuaca Ekstrem

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan peningkatan curah hujan disebabkan oleh kombinasi fenomena atmosfer, termasuk Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer, pengaruh bibit siklon tropis 90S dan 96W, sirkulasi siklonik, serta perlambatan dan pertemuan angin di sekitar Indonesia.

Indeks Dipole Mode yang negatif juga berkontribusi, mendorong aliran massa udara dari Samudra Hindia ke Indonesia. Gabungan faktor ini memicu pertumbuhan awan hujan masif dan potensi cuaca ekstrem.

BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini, meningkatkan kewaspadaan, dan mengikuti arahan dari pihak berwenang untuk mengurangi risiko dampak bencana hidrometeorologi. Keselamatan dan kewaspadaan adalah kunci menghadapi potensi cuaca ekstrem ini.