Beritakota.id, Jakarta – Peringatan 200 tahun Perang Jawa (1825-1830) dirayakan secara meriah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Acara puncak yang mengangkat tema “Martabat” ini menekankan perjuangan Pangeran Diponegoro sebagai simbol perlawanan terhadap penindasan kolonial dan perebutan kedaulatan bangsa.
Sri Sultan Hamengku Buwana X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam pidatonya menyebut Diponegoro sebagai “sang pangeran-pandhita” yang menyatukan rakyat Jawa dengan semangat Manunggaling Kawula-Gusti, kesatuan ideal antara pemimpin dan rakyat. Kepemimpinan Diponegoro, yang diterangkan juga oleh sejarawan Inggris Peter Carey sebagai sosok berintegritas tinggi dan tak kenal kompromi, menjadi teladan kepemimpinan yang relevan hingga saat ini.
Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, menyatakan bahwa Perpusnas berkomitmen untuk merawat “ingatan kolektif bangsa” melalui program Pemajuan Naskah Nusantara. Program ini bertujuan untuk memperluas akses terhadap naskah-naskah bersejarah, mendorong kreativitas berbasis naskah, dan memperkuat ekosistem pernaskahan melalui kemitraan.
Turut hadir generasi ketujuh Pangeran Diponegoro, Roni Sadewo, yang menegaskan bahwa perjuangan Diponegoro bukan hanya perang fisik, tetapi juga perjuangan mempertahankan martabat bangsa. Ia menekankan nilai-nilai kejujuran, keberanian, dan kebijaksanaan sebagai warisan utama sang pangeran. Hal ini diperkuat oleh Ahmad Ginanjar Sya’ban, peneliti manuskrip Islam Nusantara, yang mengungkapkan pentingnya sisi keulamaan dan kesantrian dalam membentuk karakter Diponegoro.
Eka Ningtyas, Dosen Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, menambahkan bahwa sosok Diponegoro telah berevolusi dari simbol perlawanan lokal menjadi tokoh nasional yang menginspirasi kepemimpinan Indonesia modern. Semangat juangnya, menurutnya, menjadi bekal bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang kuat.
Peringatan 200 Tahun Perang Jawa ini dimeriahkan pula dengan pengumuman pemenang Lomba Poster Digital dan Lomba Esai 200 Tahun Perang Jawa yang diselenggarakan Perpusnas. Acara ini menjadi momentum penting untuk merenungkan sejarah, menghormati para pahlawan, dan menguatkan semangat nasionalisme dalam membangun Indonesia Maju.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan