Aptrindo Sebut Pelarangan Truk Beroperasi saat Mudik Rugikan Triliunan Rupiah

Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) akan melakukan mogok operasi pada Kamis dan Jumat, 20–21 Maret 2025 mendatang.
Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) akan melakukan mogok operasi pada Kamis dan Jumat, 20–21 Maret 2025 mendatang. (Foto/Beritakota.id)

Beritakota.id, Jakarta – Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) memprediksi potensi kerugian akibat pelarangan truk barang beroperasi saat mudik lebaran 2025 ditaksir mencapai Rp 5 triliunan.

“Kalau angka kerugian yang terjadi bisa triliunan Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun,’’ kata Ketua Umum DPP Aptrindo, Gemilang Tarigan dalam konferensi persnya, yang digelar Selasa (18/3/2025). Tarigan mengatakan, selain kerugian ekonomi pelarangan ini juga berdampak pada kepercayaan luar negeri kepada Indonesia. Hal ini karena akan mengganggu jadwal-jadwal ekspor yang sudah disepakati.

banner 336x280

Pihaknya hanya memprotes masa berlaku dan kurun waktu pelarangan truk tersebut dan meminta kepada pemerintah untuk mengurangi kurun waktu pelarangan tersebut, menjadi 8 hari yakni pada H-4 Lebaran dan H+4 Lebaran. Gemilang juga menyebut data yang diterima dari Wakapolri, laju terhadap mudik pada tahun ini akan turun 24% dibanding dengan 2024.

Baca Juga: Buntut Larangan Beroperasi, Pengusaha Truk Ancam Mogok Massal Selama Dua Hari di Pelabuhan

“Berarti di situ dilihat ada penurunan orang mudik, tapi di sisi lain korlantas meningkatkan pelarangannya 60% dari tahun sebelumnya. Ini antagonis terjadi di kepolisian, antagonis terjadi di perhubungan. Sehingga kita menjadi sengsara rakyat ini,” jelasnya.

Di lain sisi, pelarangan selama 16 hari ini menurut Gemilang mengakibatkan pengemudi tidak mempunyai penghasilan selama 16 hari dan dampaknya juga termasuk kepada buruh di pelabuhan yang akan tidak bekerja selama 16 hari.

Di samping itu kapal-kapal yang datang dari luar negeri akan dibongkar di pelabuhan Tanjung Priok maka kembali kosong karena tidak ada kontainer yang masuk di dalam untuk diangkut ke luar negeri.

“Bahkan apabila ini terjadi stagnasi maka kapal luar negeri ini akan pulang membawa kontainer itu kembali karena tidak ada tempat bongkar muat. Di sisi lain kita melihat bahwa industri akan kekurangan barang baku dan juga berarti produksi akan berhenti sehingga buruh-buruh di pabrik juga tidak akan bekerja. Inilah akibatnya yang akan kita rasakan,” tandasnya.

 

banner 728x90
Exit mobile version