Beritakota.id, Jakarta – Bank DBS meningkatkan target pembiayaan berkelanjutan (sustainable finance) menjadi SGD50 miliar hingga 2024, mempercepat agenda keberlanjutannya dalam membantu nasabah dalam mengintegrasikan praktik bisnis berkelanjutan dalam seluruh strategi bisnis mereka.
Komitmen baru tersebut memperkuat upaya Bank DBS dalam menjalankan praktik perbankan bertanggung jawab (responsible banking), yang menjadi pilar utama pendekatannya pada berkelanjutan. Hal itu juga didorong semakin banyaknya perusahaan yang berupaya mencapai agenda berkelanjutan melalui pembiayaan berkelanjutan, terutama dengan wabah Covid-19 yang menjadikan berkelanjutan menjadi sorotan.
Tan Su Shan, Group Head of Institutional Banking, Bank DBS, mengatakan bahwa keadaan dunia yang “tidak akan kembali normal (never normal)” ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk melihat bagaimana mereka dapat mengatasi berbagai tantangan lingkungan (Environmental), sosial (Social) dan tata kelola (Governance) (ESG) yang semakin beragam, serta mengintegrasikan agenda sosial dan berkelanjutan ke dalam strategi perusahaan dan praktek bisnis.
“Kami berpendapat bahwa target awal SGD20 miliar untuk pembiayaan energi terbarukan dan pembiayaan ramah lingkungan lain tidak memadai dan kami sangat senang melihat minat nasabah untuk beralih dari cara berbisnis yang biasa menjadi yang menerapkan prinsip berkelanjutan dalam strategi bisnis mereka. Sejak Covid-19 melanda, banyak perusahaan melipatgandakan komitmen ESG dan kami melihat adanya peningkatan minat perusahaan terhadap pembiayaan berkelanjutan,” kata Tan Su Shan.
DBS melihat minat yang baik dari pencarian pembiayaan berkelanjutan di negara dan sektor dimana DBS beroperasi. Pasar pinjaman ramah lingkungan (green loan market) didominasi peminjam di sektor real estate, tetapi DBS sekarang juga terlibat dengan pembiayaan di sektor lain seperti mendanai pabrik peralatan energi terbarukan dan pabrik baterai kendaraan listrik.
Untuk mendorong lebih banyak perusahaan dari industri utama beralih ke ekonomi rendah karbon (low-carbon economy), DBS menawarkan pembiayaan transisi untuk perusahaan yang secara bertahap ingin untuk mengurangi jejak karbon.
Tidak hanya itu, DBS juga bank komersial pertama yang menerbitkan Kerangka Kerja dan Skema (Taksonomi) Keuangan Berkelanjutan serta Transisinya sebagai acuan untuk memandu nasabah dalam beradaptasi dan membangun ketahanan di tengah perubahan iklim, kelangkaan sumber daya, dan mengatasi masalah global penting seperti ketimpangan pendapatan.
Tan menambahkan bahwa semakin banyak pemangku kepentingan (stakeholders) ingin memahami dan mengukur nilai yang diciptakan perusahaan di luar profit, dan pertimbangan ESG ada di lini terdepan sekarang.
“Agar tetap relevan, perusahaan perlu menyeimbangkan laba dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Di DBS, orientasi terhadap tujuan dan dampak positif menjadi DNA kami. Kami ingin berkontribusi membantu menangani masalah utama lingkungan dan sosial,” katanya.
Sejak 2018, DBS telah menyelesaikan lebih dari 100 pembiayaan berkelanjutan senilai sekitar SGD17 miliar. Pada 2020, DBS menempati peringkat pertama dalam Tabel Bloomberg’s Global and APAC League untuk Green Loan Principles Loans dan Tabel APAC (selain Jepang) untuk Green Use of Proceeds Loans atas perannya sebagai Mandated Lead Arranger.
Di pasar modal, transaksi penting pembiayaan berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dilakukan DBS pada 2020 termasuk obligasi proyek berkelanjutan dual-tranche (dual-tranche green project bond) senilai USD1,11 miliar oleh Star Energy Geothermal, pinjaman berkelanjutan (sustainability linked-loan) 3-tahun senilai EUR30 juta dari PSA Marine, dan obligasi sosial Covid-19 oleh Korea Housing Finance Corporation senilai EUR500 juta.