Bursa Saham Berjuang Mempertahankan Posisinya

Pialang di lantai bursa NYSE. (Reuters)

Beritakota.id, Jakarta – Bursa saham Asia tengah berjuang untuk mempertahankan posisi mereka pada perdagangan di hari Selasa (22/04/2025) setelah terjadi pelarian besar-besaran dari aset-aset AS yang melemahkan Wall Street dan dolar. Sementara itu, adanya kekhawatiran tentang independensi Federal Reserve menambah tekanan baru pada pasar Obligasi AS.

banner 336x280

Terjadi kerugian yang relatif terbatas di Asia, memicu pembicaraan bahwa dana dapat mengalokasikan kembali uang ke ekuitas di wilayah tersebut. Pun demikian, dampak tarif pada pertumbuhan ekonomi tetap menjadi hambatan utama perdagangan saat ini.

Serangan Presiden Donald Trump yang semakin vokal terhadap Ketua Fed Jerome Powell karena tidak memangkas suku bunga menyebabkan indeks Wall Street turun sekitar 2,5% pada hari Senin dan dolar mencapai titik terendah dalam tiga tahun.

Aksi ‘jual Amerika’ sedang berlangsung penuh. Penjualan sedikit mereda di Asia, yang memungkinkan kontrak berjangka S&P 500 untuk bangkit 0,4% dan kontrak berjangka Nasdaq 0,5%.

Pasar menghadapi ujian lain dari laporan pendapatan emiten di minggu ini. Tesla akan merilis laporannya pada hari ini, setelah nilai sahamnya turun hampir 6% pada hari Senin di tengah laporan penundaan produksi.

Alphabet dan sejumlah emiten industri ternama termasuk Boeing, Northrop Grumman, Lockheed Martin dan 3M juga melaporkan minggu ini.

Dampak dari penurunan di Wall Street menyebabkan Nikkei 225 Jepang turun 0,3%, sementara indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,2%. Saham unggulan Tiongkok 3 bertahan stabil untuk saat ini.

Bursa saham Eropa kurang beruntung, dimana kontrak berjangka untuk EUROSTOXX 50, FTSE dan DAX semuanya turun sekitar 0,7% dalam perdagangan yang tidak menentu.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun berada di angka 4,40%, setelah naik karena kekhawatiran Gedung Putih dapat mencoba dan mengganti Powell dengan seseorang yang lebih cenderung memangkas suku bunga, bahkan saat inflasi terangkat oleh tarif berayun Trump.

Ada kekhawatiran pasar bahwa Fed saat ini mungkin lebih enggan melonggarkan kebijakan jika dianggap menyerah pada tekanan politik. Diyakini bahwa jika kebijakan saat ini tidak berubah, maka kemungkinan resesi AS pada tahun 2025 adalah 90%.

Baca juga : Wall Street Datar, Investor Tunggu Pertemuan Bank Sentral

Sementara pembicaraan Gedung Putih tentang berbagai kesepakatan perdagangan sedang berlangsung atau akan segera dimulai, penyelesaian cepat tampaknya tidak mungkin. erdagangan rata-rata membutuhkan waktu 18 bulan untuk dinegosiasikan dan 45 bulan untuk dilaksanakan.

Hilangnya kepercayaan pada aset AS berdampak besar pada dolar yang menyentuh level terendah sejak Maret 2022 terhadap sekeranjang mata uang di 97,923 pada hari Senin. Mata uang tersebut mencapai level terendah dalam satu dekade terhadap franc Swiss di 0,8038, sementara euro sempat menembus di atas $1,1500, sebelum stabil di $1,1486.

Pelemahan dolar yang dikombinasikan dengan permintaan akan aset safe haven fisik membantu emas mencapai rekor lain di atas $3.343 per ons.

Harga minyak bergerak ke arah sebaliknya karena kekhawatiran tentang perlambatan global bertemu dengan prospek peningkatan pasokan dari OPEC. Ada sedikit kenaikan pada hari Selasa karena Brent naik 58 sen menjadi $66,82 per barel, sementara minyak mentah AS naik 51 sen menjadi $63,59 per barel.

banner 728x90
Exit mobile version