Beritakota.id, Jakarta – Di tengah wacana merger tiga maskapai nasional yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air, praktisi aviasi senior Dian Ediono menyuarakan pandangan berbeda yang patut dipertimbangkan. Menurutnya, alih-alih meleburkan ketiga maskapai dalam satu entitas, pendekatan aliansi strategis justru lebih realistis dan menguntungkan dalam jangka panjang.

“Aliansi memungkinkan maskapai tetap mandiri namun bekerja sama dalam memperluas jaringan, efisiensi operasional, hingga program loyalitas,” ungkap Dian dalam artikel opininya yang tengah ramai diperbincangkan.

Baca juga : Semakin Moncer, Pendapatan Garuda Indonesia Naik 1,6 Persen

Dian menekankan bahwa masing-masing maskapai memiliki karakteristik unik yang dapat saling melengkapi jika dikembangkan melalui kerja sama yang sinergis. Garuda dengan layanan penuh (full-service), Citilink yang mengusung konsep low-cost carrier (LCC), serta Pelita Air dengan orientasi layanan domestik dan dukungan operasional, dinilai dapat membentuk ekosistem transportasi udara yang inklusif dan kompetitif jika dikelola dengan pendekatan kolaboratif.

 

Sebaliknya, merger dinilai berisiko tinggi. Selain menghapus identitas layanan masing-masing maskapai, potensi disrupsi struktural hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akibat tumpang tindih organisasi menjadi ancaman nyata. “Merger tidak hanya soal integrasi keuangan dan operasional, tapi juga menyentuh aspek budaya perusahaan yang sangat berbeda,” ujar Dian.

 

Ia juga mengusulkan pembentukan holding strategis semacam Danantara sebagai pusat koordinasi antar maskapai. Holding ini bisa menjadi tulang punggung pengelolaan aliansi, memfasilitasi efisiensi tanpa harus mengorbankan kemandirian operasional masing-masing entitas.

 

Model aliansi, menurut Dian, juga lebih adaptif terhadap dinamika pasar sekaligus mendukung agenda besar pemerintah dalam memperkuat konektivitas wilayah, mendorong pertumbuhan pariwisata, dan menarik investasi nasional. “Aliansi akan memperkuat ekosistem. Merger justru bisa mengecilkan kapasitas pertumbuhan,” pungkasnya.

 

Pernyataan Dian seakan menjadi penyeimbang narasi besar seputar restrukturisasi industri penerbangan nasional. Di saat pemerintah tengah menimbang berbagai opsi, suara dari praktisi seperti ini penting untuk memastikan langkah yang diambil tidak hanya efektif secara ekonomi, namun juga inklusif dan berkelanjutan.