Beritakota.id, Jakarta – National Project Manager ENTREV, Boyke Lakaseru, menegaskan bahwa Proyek Dragon yang dikembangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) bersama Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) merupakan langkah besar dalam mewujudkan kemandirian industri baterai nasional. ENTREV, sebagai organisasi yang berfokus pada transisi energi dan inovasi berkelanjutan, menyatakan dukungan penuh terhadap pengembangan ekosistem baterai terintegrasi ini.
“Proyek Dragon adalah momentum strategis bagi Indonesia untuk membangun rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) dari hulu ke hilir. Kami mendukung penuh langkah ANTAM dalam mengolah nikel menjadi material baterai dan memastikan bahwa hilirisasi ini benar-benar memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional,” ujar Boyke dalam keterangannya, Senin (17/3/2025).
Menurutnya, proyek ini tidak hanya meningkatkan daya saing Indonesia di sektor energi bersih tetapi juga membuka peluang besar bagi industri lokal untuk berkembang. “Dengan pembangunan smelter berbasis High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF), proyek ini menjadi fondasi penting dalam menciptakan ekosistem baterai yang berkelanjutan,” tambahnya.
Boyke juga menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah, BUMN, dan sektor swasta dalam memastikan kelancaran proyek ini. Ia menegaskan bahwa ENTREV siap berkontribusi melalui kolaborasi, advokasi kebijakan, serta peningkatan kapasitas industri dalam negeri guna mempercepat pengembangan industri baterai EV di Indonesia.
Proyek Dragon merupakan bagian dari inisiatif hilirisasi strategis yang dicanangkan oleh Grup MIND ID. Sebagai bagian dari holding ini, ANTAM berkolaborasi dengan CATL untuk membangun kawasan industri yang akan menjadi pusat pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik. Fasilitas yang tengah dikembangkan mencakup smelter nikel dengan teknologi HPAL dan RKEF, serta industrial park yang akan menjadi pusat aktivitas manufaktur baterai.
Direktur Utama ANTAM, Nico Kanter, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (13/3/2025) lalu, memastikan bahwa proyek ini berjalan sesuai rencana dan telah memasuki tahap persiapan.
“Saat ini kami memasuki tahap midstream, dengan persiapan pembangunan industrial park dan smelter HPAL yang berjalan sesuai rencana. InsyaAllah, semua berjalan baik,” ujar Nico.
Selain aspek teknologi dan produksi, ANTAM juga berkomitmen menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam proyek ini, termasuk penggunaan energi gas untuk operasional smelternya. Dengan strategi ini, industri baterai Indonesia diharapkan tidak hanya kompetitif di pasar global tetapi juga berkelanjutan dari segi lingkungan.
Boyke menekankan bahwa proyek seperti Proyek Dragon harus didukung dengan kebijakan yang tepat agar Indonesia tidak hanya menjadi penyuplai bahan baku, tetapi juga pemain utama dalam rantai pasok baterai global.
“Kami berharap proyek ini dapat menjadi model pengembangan industri hijau di Indonesia, menciptakan lapangan kerja, serta memperkuat posisi negara dalam industri kendaraan listrik dunia,” tutupnya.
Dengan keberlanjutan Proyek Dragon dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, Indonesia semakin mendekati visinya untuk menjadi pusat industri baterai EV yang mandiri dan berdaya saing tinggi di kancah global. (Herman Effendi)