ENTREV: Ekonomi Sirkular Kunci Ketahanan Ekosistem EV

Beritakota.id, Jakarta – Akselerasi pengembangan industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia membutuhkan strategi jangka panjang berbasis ekonomi sirkular untuk menjamin keberlanjutan ekosistemnya. ENTREV (Enhancing Readiness for The Transition to Electric Vehicles in Indonesia) menegaskan bahwa pengelolaan sumber daya dan keterlibatan masyarakat menjadi dua elemen krusial dalam mendukung transisi energi hijau nasional.

banner 336x280

Pada April 2025, Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Korea Selatan menginisiasi kajian bersama guna memperkuat ekosistem EV nasional secara menyeluruh. Kajian ini meliputi perencanaan kebijakan untuk pengembangan industri baterai, termasuk mekanisme daur ulang baterai kendaraan listrik agar sejalan dengan prinsip keberlanjutan.

Merujuk pada pengalaman Korea Selatan, khususnya di Pulau Jeju, pembangunan ekosistem EV memerlukan efisiensi pengelolaan sumber daya dan infrastruktur daur ulang yang memadai. Dua tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan ketersediaan material baterai di alam serta kebutuhan untuk membangun sistem pengelolaan limbah baterai yang dapat mengimbangi pertumbuhan populasi EV.

Baca juga : ENTREV: Kolaborasi Lintas Sektoral dan Global Kunci Keberlanjutan Ekosistem EV

“Pembangunan ekonomi sirkular sangat penting dalam menopang ekosistem EV karena material baterai tidak terbarukan dan sangat terbatas. Oleh karena itu, proses daur ulang harus dimaksimalkan agar tidak ada material yang terbuang dan untuk mencegah degradasi lingkungan,” jelas Eko Adji Buwono, perwakilan ENTREV dalam keterangan resminya, Selasa (13/5/2025).

Ia menambahkan bahwa meskipun Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral strategis seperti nikel dan kobalt, namun pengelolaan yang bijak melalui pendekatan sirkular menjadi kunci keberlanjutan industri. Menurutnya, pengembangan industri baterai nasional merupakan langkah tepat untuk memperkuat kemandirian energi dan efisiensi rantai pasok dalam negeri.

Lebih lanjut, ENTREV juga menyoroti pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam mendukung transisi menuju kendaraan listrik. Dukungan publik terhadap gaya hidup rendah emisi, kesadaran akan pentingnya manajemen limbah, serta kemauan untuk terlibat dalam proses daur ulang menjadi faktor pendukung yang tidak kalah penting.

“Pengalaman dari berbagai negara menunjukkan bahwa keterlibatan masyarakat sangat penting dalam transisi menuju sistem transportasi rendah karbon. Karena itu, kami di ENTREV juga menjalin kerja sama dengan berbagai komunitas, termasuk Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), untuk membangun ekosistem EV yang inklusif dan berkelanjutan,” tutur Eko. (Herman Effendi)

banner 728x90
Exit mobile version