Beritakota.id, Jakarta – Ratusan ulama yang tergabung dalam Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kota Serang menolak dilakukan rapid test di pondok mereka. Alasannya, banyak rapid test yang disalahgunakan seperti di berbagai daerah, lantaran banyak sasaran tes tersebut adalah warga yang sehat secara fisik.
Ketua Presidium FSPP Kota Serang, Hasanudin membenarkan hal itu. Ia keberatan karena rapid test yang dilakukan di beberapa wilayah hanya menyasar kepada kiai, padahal mereka dalam kondisi sehat. Begitu juga para santri yang dianggapnya sudah memenuhi protokol kesehatan dan hanya berdiam diri di pondok.
“Kemarin kita adakan diskusi dengan para kyai dan membahas terkait program pemerintah untuk rapid test di pesantren untuk mencegah korona. Kiai-kiai berpikir ngapain tes kalau orang itu sehat? Ketika pesantren diliburkan juga hanya diam di pondok saja,” kata Hasanudin, Selasa (16/6/2020).
“Seperti di Cilegon ada kiai yang tiba-tiba didatangi oleh orang yang menyebut dirinya tim kesehatan. Padahal, kiai itu sehat-sehat saja. Jadi ini langkah untuk mencegah adanya kelompok yang menyalahgunakan rapid test,” ujarnya.
Ia menegaskan podok pesantren di Serang akan menerapkan protokol kesehatan sepeti penggunaan masker, menjaga jarak fisik aman, dan cuci tangan. Bahkan sudah ada 205 ponpes yang sudah siap menerapkan protokol kesehatan.
“FSPP sudah memberikan rekomendasi, tapi masing-masing pesantren sebenarnya sudah melakukan inisiatif seperti kalau nanti santri masuk harus punya surat keterangan karantina di rumah. Artinya, kami tetap mengikuti protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, hanya saja untuk rapid test sama-sama kita sepakat tidak setuju,” ujarnya.
Hasanudin mengatakan, meskipun FSPP Kota Serang telah mutlak menolak kegiatan rapid test massal, pihaknya masih membuka diri untuk berkomunikasi dengan Pemerintah Kota. Evaluasi Sosialisasi Juru Bicara Penanganan Covid-19 Kota Serang, Hari Pamungkas mengatakan, penolakan yang dilakukan para ulama tersebut menjadi bahan evaluasi atas sosialisasi yang kini sudah dilakukan pihak pemerintah kepada warga.
Namun, ia akan melakukan komunikasi dan persuasi agar para ulama dan pengurus pondok memahami pentingnya rapid test yang dilakukan untuk mendeteksi penyebaran virus corona. Terlebih, tes tersebut gratis. “Kita sudah siapkan rapid test untuk 22.700 masyarakat Kota Serang yang dilakukan gratis, termasuk bagi para santri dan kyai. Dengan adanya penolakan ini mungkin memang perlu diberikan sosialisasi sampai tingkat bawah,” ungkapnya.