Frisian Flag Indonesia Dukung Program Makan Bergizi Gratis

Beritakota.id, Jakarta – PT Frisian Flag Indonesia (FFI) menegaskan komitmennya dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai dijalankan pemerintah pada awal tahun ini. Hal ini disampaikan dalam diskusi bertajuk “Peran Stakeholder dan Media dalam Mendukung Program Makan Bergizi Gratis” di Surabaya, yang dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah, pelaku usaha, praktisi kesehatan, serta media.

banner 336x280

Sebagai bentuk dukungan konkret, FFI telah memulai proyek percontohan MBG dengan menyediakan makanan bergizi gratis di 10 sekolah dasar di sekitar pabriknya di Cikarang. Pada Oktober 2024, FFI menggelar uji coba program ini dengan memberikan makanan bergizi bagi lebih dari 2.000 siswa di delapan SD dan dua SMP. Program ini dikembangkan bersama Indonesia Food Security Review (IFSR) dan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKGK FKM UI) untuk memastikan pelaksanaannya tepat sasaran.

“Uji coba yang kami lakukan di Cikarang memasukkan minum susu sebagai bagian dari makan bergizi gratis. Kami mendapat tanggapan positif dari siswa dan guru, di mana minum susu menjadi bagian yang dinantikan anak-anak. Hal ini semakin menguatkan keyakinan kami bahwa program MBG sangat bermanfaat dalam meningkatkan status gizi anak dan membangun Indonesia yang lebih kuat. Ini sejalan dengan visi FFI, ‘Nourishing Indonesia to Progress’,” ujar Corporate Communication Manager FFI, Fetti Fadliah, Kamis (27/2/2025) lalu.

Berdasarkan survei terhadap 359 siswa peserta uji coba di Cikarang, ditemukan bahwa mayoritas mengalami masalah gizi, termasuk gizi kurang dan gizi buruk. FFI juga secara rutin memberikan edukasi gizi kepada siswa, menekankan pentingnya pola makan sehat dan manfaat konsumsi susu untuk pertumbuhan optimal.

Wakil Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI, Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, menyoroti rendahnya konsumsi susu di Indonesia yang hanya mencapai 16 liter per kapita per tahun, jauh tertinggal dibanding negara maju seperti Belanda yang mencapai 250 liter per kapita per tahun.

Ia juga menyayangkan adanya seruan untuk menggantikan konsumsi susu dengan ikan atau daging. Menurutnya, susu mengandung kalsium dan vitamin D yang sangat penting bagi anak-anak setelah masa ASI eksklusif hingga usia lanjut. “Kurangnya konsumsi susu pada balita berdampak pada stunting, pelambatan pertumbuhan, malnutrisi, hingga obesitas di perkotaan. Makanan harus diberikan secara seimbang, tidak boleh berlebihan atau kurang. Anak-anak membutuhkan protein berkualitas tinggi karena masih dalam masa pertumbuhan, berbeda dengan orang dewasa,” jelasnya.

Kepala Seksi Kesehatan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Jawa Timur, Cicik Swi Antika, menegaskan bahwa program MBG tidak hanya berfokus pada peningkatan gizi, tetapi juga memiliki dampak luas terhadap kesejahteraan masyarakat.

“Ada sepuluh manfaat utama dari program MBG, antara lain mendukung ketahanan pangan, membangun ekosistem berkelanjutan, meningkatkan kapasitas SDM, menciptakan lapangan kerja, serta membuka peluang investasi di sektor hilirisasi,” jelasnya.

Data Pemerintah Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di provinsi tersebut pada 2024 mencapai 82,56 per 100.000 kelahiran hidup, lebih rendah dari target nasional 93,34. Sementara itu, angka kematian bayi (AKB) turun dari 3.938 kasus pada 2023 menjadi 3.754 kasus di 2024. Meski demikian, masih terdapat tantangan besar dalam mengatasi masalah gizi, termasuk stunting, obesitas, dan anemia pada anak usia sekolah.

Data e-PPGBM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) menunjukkan prevalensi stunting di Jawa Timur pada Januari–November 2024 sebesar 5,96 persen, turun dari 6,10 persen pada semester pertama 2024, dan jauh lebih rendah dari target nasional 14 persen. Namun, Dinas Kesehatan Jawa Timur tetap menyoroti tingginya angka anemia pada pelajar SD/MI kelas satu hingga enam yang meningkat dari 0,52 persen pada 2023 menjadi 0,14 persen pada triwulan ketiga 2024.

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Lutfil Hakim, menekankan pentingnya evaluasi dalam pelaksanaan MBG. “Program ini sangat positif dan perlu terus disempurnakan dalam hal distribusi dan operasionalnya. Keberhasilan MBG juga memerlukan dukungan media dalam menyampaikan edukasi serta koreksi yang berbasis data,” ujarnya.

Sejak 2013, FFI telah menginisiasi program edukasi gizi melalui Gerakan Nusantara, yang berfokus pada edukasi gizi dan gaya hidup sehat di sekolah-sekolah dasar di berbagai daerah. Program ini telah menjangkau lebih dari 2,5 juta anak dan guru sekolah melalui kerja sama dengan akademisi, ahli gizi, serta Kementerian Pendidikan dan Dinas Pendidikan.

FFI juga mendukung riset South East Asian Nutrition Surveys (SEANUTS) yang dilakukan FrieslandCampina di empat negara yaitu Indonesia, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Hasil SEANUTS II yang dirilis pada November 2024 menunjukkan bahwa satu dari empat anak masih mengalami stunting, kekurangan zat besi, serta masalah obesitas di perkotaan. “Sarapan yang dilengkapi dengan susu terbukti meningkatkan asupan vitamin D hingga empat kali lipat dan kalsium 2,6 kali lebih tinggi. Ini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk tetap memasukkan susu dalam program MBG,” ujar Fetti.

Sebagai bagian dari upaya memperkuat ketahanan pangan nasional, pemerintah mewajibkan industri pengolahan susu untuk menyerap susu segar dari peternak lokal. FFI menyambut baik kebijakan ini dengan terus mendukung peningkatan kualitas dan produksi susu segar nasional melalui berbagai inisiatif pemberdayaan peternak.

Melalui program Dairy Development Program (DDP) yang dimulai sejak 2013, FFI telah menjangkau puluhan ribu peternak sapi perah dan bekerja sama dengan 22 koperasi serta kelompok peternak di Pulau Jawa dan Sumatera. Program ini mendorong penerapan Good Dairy Farming Practice (GDFP) untuk memastikan produksi susu segar berkualitas tinggi sesuai standar industri.

“Kami telah menyiapkan berbagai program untuk mendukung MBG, termasuk kemitraan dengan Koperasi Produk Susu (KPS) agar peternak dapat menghasilkan susu segar berkualitas tinggi dan mendistribusikannya dengan baik. Melalui DDP, kami terus membangun ekosistem yang berkelanjutan demi ketahanan pangan dan kesejahteraan peternak sapi perah Indonesia,” pungkas Fetti. (Herman Effendi)

banner 728x90
Exit mobile version