BERITAKOTA, Gianyar – Klaim penemuan vaksin yang diumumkan pada minggu-minggu ini oleh sejummlah perusahaan farmasi dunia telah menimbulkan harapan baru bagi perang melawan wabah Corona akibat Covid-19 ini. Setidaknya pemulihan ekonomi akan bisa berlangsung lebih dini dari yang diperkirakan sebelumnya. Dengan demikian, sendi-sendi kehidupan yang lain akan kembali berjalan sebagaimana saat sebelum wabah ini terjadi.
Pun demikian industri pariwisata, sebagai salah satu sektor ekonomi yang signifikan juga berharap akan bisa kembali menggeliat. Bagi masyarakat Bali dimana kehidupannya sangat tergantung pada sektor ini, normalisasi industri pariwisata akan menjadi kabar baik bagi mereka. Bagaimana tidak, sejumlah pembatasan yang telah dilakukan selama beberapa bulan ini mengakibatkan himpitan ekonomi yang sangat besar.
Nengah Suardhana (56), pemandu pariwisata ini mengatakan bahwa ia dan rekan-rekan seprofesi yang lain, selama masa-masa pembatasan ini merasakan beratnya dampak dilakukannya penutupan aktifitas pariwisata dalam upaya mitigasi wabah Corona. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, ia dan kawan-kawan seprofesi banyak melakukan kegiatan usaha dengan berjualan makanan,, berkebun hingga ada yang menjadi buruh lepas harian. Semua dilakukan agar dapat menyambung hidup dimasa-masa yang sulit ini.
Seperti yang dilakukan Ketut “Alex”, pemandu arung jeram di Sungai Ayung, Ubud ini.Selama beberapa bulan dilakukan pembatasan, praktis tidak ada wisatawan yang datang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dia merawat kebun dan berjualan bersama istrinya yang juga pekerja di industri pariwisata. Dalam sebulan terakhir, saat pelonggaran sudah dilakukan dia hanya mendapatkan penugasan 7 kali saja untuk memandu wisatawan mengarungi jeram-jeram di Sungai Ayung. Padahal dalam kondisi normal, bisa bisa mencapai puluhan kali, dalam puncak masa kunjungan bahkan bisa mencapai 50 kali trip.
Ia merasa gembira bahwa aktiftas wisata sudah mulai dibuka beberapa bulan terakhir ini, meskipun terbatas pada wisawatan domestik saja. Setidaknya ini membuka harapan kembali bahwa industri yang mengalami mati suri ini akan segera bangkit kembali. Sejauh ini untuk wisatawan asing baru akan dibuka pada tahun depan.
Sejumlah obyek wisata di Bali menyambut pelonggaran ini dengan suka cita. Persiapan dilakukan untuk memenuhi prasyarat pembukaan kembali operasional mereka. Hal utama adalah penerapan protokol kesehatan. Sebagaimana diketahui bahwa protokol kesehatan diberlakukan pada tempat-tempat wisata dimana yang menjadi lokasi berkumpulnya massa.
Penerapan 3M mutlak dilakukan, memakai masker, membersihkan tangan, dan menjaga jarak. Untuk memastikan pengunjung tidak terpapar virus Covid-19, dilakukan pengecekan suhu sebelum memasuki obyek-obyek wisata dan sarana penunjangnya, termasuk rumah makan, hotel dan pelayanan umum. Ini menjadi protokol lazim dimana masyarakat mulai mematuhinya sebagai standar aktifitas luar ruangan.
Clean, Healthy, Safety & Enviromentaly – CHSE, Bersih, Sehat, Aman dan Ramah Lingkungan merupakan tata nilai yang diterapkan dalam memulihkan industry wisata. Menjaga kebersihan, mengutamakan kesehatan dan keamanan serta ramah lingkungan menjadi perilaku yang diterapkan baik oleh pengelola obyek wisata ataupu pengunjung dan lapisan masyarakat secara luas.
Sejumlah obyek wisata memang sudah dibuka kembali. Para wisatawan dapat menikmati berbagai destinasi dengan menerapkan protokol kesehatan. Memang diperlukan kesadaran pula bagi para pengunjung untuk tetap melakukannya, meskipun pengelola obyek-obyek wisata tersebut juga tak jemu untuk mengingatkan para pengunjung agar menjalankan protokol kesehatan.
Menurut Suardhana, ada perubahan tren pilihan wisatawan ditengah pandemi ini. Umumnya mereka menyukai obyek-obyek wisata di pegunungan dari pada di pantai. Nampaknya para wisatawan ini memang ingin menikmati keindahan alam, sambil mencari udara yang sejuk dan segar. Mereka ingin menjaga privasi dengan sebisa mungkin melakukan social distancing, dan menjauhi lokasi dimana kerumunan massa berpotensi terjadi. Pilihannya adalah resort-resort yang banyak tersebar di Ubud dan sekitarnya.
Dalam masa menuju “new normal” saat ini, dibutuhkan kerjasama antara dua pihak, baik pengelola dan pengunjung destinasi wisata. Semua pihak diharapkan dapat menjalankan protokol kesehatan. Mengingat kedisiplinan ini menjadi kunci dalam memitigasi wabah Corona. Dengan demikian, sebagaimana harapan semua pihak bahwa sektor ini bisa hidup kembali dan memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat luas. (LH)