Beritakota.id, Jakarta– Koordinator Simpul Aktivis Angkatan ’98 (Siaga 98) Hasanuddin menilai, harga atau nilai saham PT Telkom yang masih bertengger di level Rp2.600 hingga saat ini mencerminkan adanya ketidakpercayaan para investor atau pasar.
Padahal, nilai saham Telkom pernah menyentuh level Rp 4.350/unit saham, di mana ini merupakan level tertinggi sejak 2 Januari 2018. Dan, pada 2019, masih menyentuh harga Rp 3.510/unit saham.
Menurutnya, pasar terlihat kurang yakin dengan berbagai langkah yang diambil Telkom selama ini.
“Padahal dunia usaha Telekomunikasi kan meningkat dan terus berkembang, beda dengan usaha BUMN lain. Nah, yang terbaru kan mereka melakukan buyback saham. Aksi korporasi semacam itu saya kira terlalu pragmatis dan tidak menyentuh persoalan dasar. Pasar atau investor tak bergeming saya lihat, mereka seperti kurang yakin dengan berbagai keputusan bisnis yang diambil Telkom termasuk soal buyback itu. Buktinya nilai saham Telkom gak ngangkat, masih betah di level Rp2.600,” kata Hasanudin dalam keterangannya, Senin (28/4/2025).
Baca juga: Tokoh Minang Dukung Honesti Basyir Jadi Dirut PT Telkom
Selain itu, lanjut Hasanuddin, stagnannya nilai saham Telkom saat ini juga mengindikasikan bahwa ada persoalan yang cukup fundamental yang dinilai para investor atau pasar tidak menjadi fokus utama Telkom untuk dibenahi.
“Investor ragu dengan berbagai langkah yang diambil Telkom nampaknya. Investor sepertinya berfokus pada tata kelola, inovasi dan struktur manajemen yang mereka (investor) anggap hal itu (tata kelola dan struktur manajemen) belum kredibel. Padahal hal tersebut adalah instrumen yang sangat fundamental dalam meyakinkan investor atau pasar,” ucapnya.
Dia lantas menyoroti sosok-sosok yang digadang-gadang masuk bursa Direktur Utama Telkom dalam RUPST pada tanggal 27 Mei mendatang.
Seperti Direktur Utama Telkom saat ini, Ririek Adriansyah yang disebut sudah sejak tahun 1990-an berkarir di grup perseroan secara keseluruhan, kemudian menduduki berbagai jabatan hingga 2025, juga Honesti Basyir Direktur Group Business Development Telkom, dan Direktur Keuangan Telkom Heri Supriadi, yang tidak jauh berbeda rata-rata puluhan tahun di Telkom Group.
Menurutnya, tata kelola, inovasi dan struktur managemen menjadi instrumen penting dalam meyakinkan pasar.
“Hal itu yang mestinya jadi concern Telkom guna memulihkan kepercayaan pasar. Kalau kita lihat kan misalnya dari sisi struktur, pasar seolah jenuh melihat komposisi struktur managemen Telkom yang dipimpin dan kebanyakan diisi orang-orang yang sudah terlalu lama menjabat. Ini mesti jadi catatan bagi para pemegang saham bahwa pasar tidak begitu acceptable terhadap status quo, mereka kelihatan lebih membutuhkan “darah segar” di Telkom. Harus ada evaluasi,” tegasnya.
Jika kondisi tersebut tidak menjadi perhatian khusus para pemegang saham, dia khawatir ke depannya Telkom hanya akan jadi penonton di tengah gegap gempitanya perkembangan sektor teknologi dunia yang begitu pesat.
“Jika investor tidak yakin, bagaimana Telkom mau bersaing dan jadi pemimpin pasar. Boro-boro kuasai pasar regional atau jadi salah satu pemain terkemuka di kancah global, kalau di domestik saja kedodoran. Jadi saya kira para pemegang saham harus perhatikan hal-hal tersebut di atas,” pungkasnya.
Diketahui, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 pada 27 Mei 2025.
Dalam RUPST tersebut, perusahaan pelat merah tersebut mengagendakan sejumlah mata acara di antaranya yaitu kemungkinan perombakan jajaran komisaris hingga direksi.