Beritakota.id, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui Direktorat Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) selalu berupaya meningkatkan daya saing Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam negeri, salah satunya adalah IKM wastra. Di antara komoditi produk wastra adalah kain tenun, yang mana merupakan salah satu komoditi unggulan budaya Indonesia.
Sebagai salah satu bagian dari industri tekstil, komoditi kain tenun memiliki kontribusi besar dalam perekonomian. Berdasarkan buku Profil Industri Mikro dan Kecil 2022, industri tekstil merupakan sektor industri kecil keempat terbanyak, dengan jumlah unit usaha lebih dari 300 ribu, dan berdasarkan data BPS tahun 2022, menyerap sekitar 450 ribu orang pekerja.
Kain tenun sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia juga memiliki peluang pasar yang besar, sebagaimana ditunjukkan oleh nilai ekspor kain tenun ikat tahun 2024 yang mencapai nilai 701,6 juta USD.
Baca Juga: Balai Kemenperin Raih Status Lembaga Pemeriksa Halal Utama
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita, di Jakarta (18/03) menyatakan, “Kain tenun merupakan produk budaya Indonesia yang terkenal akan keindahannya sampai mancanegara dan mampu membawa dampak ekonomi secara substantif. Oleh karena itu perlu terus kita lestarikan dan kembangkan industrinya.” ungkapnya.
Namun, pelaku industri kain tenun kerap mengalami tantangan akan keterbatasan sumber daya dalam upaya peningkatan kualitas dan inovasi produk, salah satunya adalah bahan pewarna. Oleh karena itulah Ditjen IKMA mendorong pelaku IKM tenun agar beralih menggunakan pewarna alam.
Bahan pewarna alam tidak hanya sesuai dengan prinsip industri hijau karena ramah lingkungan, tetapi ketersediaannya juga melimpah karena dapat ditemui di alam sekitar sehingga cocok untuk digunakan oleh pelaku IKM.
Reni menuturkan, “Kekayaan alam Indonesia banyak yang dapat dijadikan bahan pewarna alam, misalnya kunyit, kayu nangka, daun mangga, jambu biji, dan lain-lain, jadi sudah sewajarnya kita manfaatkan. Tenun sebagai kekayaan budaya Indonesia, diwarnai dengan bahan dari kekayaan alam Indonesia,” ujarnya.
Menurut Reni, pewarna alam tidak hanya ekonomis, tetapi juga mampu meningkatkan nilai tambah pada produk Tenun, didukung juga oleh preferensi konsumen global saat ini, menjadikannya sebuah peluang yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing.“
Penggunaan pewarna alam pada produk wastra dapat memberikan corak yang khas dengan warna-warna yang beragam dan menarik. Apalagi, saat ini konsumen juga mengalami perubahan selera dan lebih peka terhadap isu lingkungan, sehingga mereka jadi lebih pro terhadap produk-produk sustainable,” ungkapnya.
Bimbingan Teknis Pewarnaan Alam IKM Tenun di Kalimantan Timur
Upaya peningkatan daya saing ini diwujudkan oleh Ditjen IKMA bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) salah satunya melalui kegiatan “Bimbingan Teknis Pewarnaan Alam IKM Tenun di Kalimantan Timur” yang dilaksanakan di Kabupaten Penajam Paser Utara dari tanggal 18 hingga 21 Maret 2025.
Kegiatan bimbingan teknis ini merupakan bagian dari rangkaian acara perayaan HUT Dekranas ke-45 yang dibuka pada 11 Maret 2025 silam. Dalam pelaksanaannya, kegiatan bimbingan teknis ini melibatkan Dinas KUKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Penajam Paser Utara, Ketua Dekranasda Kota Penajam Paser Utara, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN, dan Kepala Desa Telemow. Bimbingan Teknis ini diberikan kepada 20 IKM Tenun dari Kabupaten Penajam Paser Utara dengan instruktur dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJI Kerajinan dan Batik).
“Kegiatan bimbingan teknis ini 80% berupa praktik, jadi para peserta dapat langsung menerapkan ilmunya. Tentunya, mereka akan dibekali pengetahuan seputar proses pewarnaan alam pada benang tenun terlebih dahulu,” ujar Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan (Dit. IKM KSK), Budi Setiawan, di Panajem Paser Utara (18/11).
“Bahan-bahan pewarna alam yang digunakan juga yang berasal dari alam sekitar, dengan begitu para peserta dapat membuat produk Tenun khas Panajem Paser Utara dengan ciri khas tersendiri karena memanfaatkan sumber daya lokal yang ada,” tutupnya.