Beritakota.id, Jakarta- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengutarakan, update kekuatan dan kedalaman gempa Maluku Utara (Malut) dan Sulawesi Utara (Sulut) masih sama dengan sebelumnya, alias belum ada perubahan.
Secara teknis, Dwikorita sempat menjelaskan, kedalaman gempa merupakan variabel penentu potensi tsunami. Semakin dangkal pusat gempa di bawah laut dan patahan naik di dasar laut, potensi tsunami semakin besar bila magnitudo mencapai angka 7 (tujuh). Itulah mengapa untuk gempa MKalut dan Sulut ini sudah dikeluarkan peringatan dini tsunami.
“Tsunami itu memang akibat gempa bumi. Namun bisa saja tsunami bukan karena gempa, akan tetapi akibat longsor bawah laut yang dipicu gempa bumi tersebut,” terang Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada RRI PRO3, Jumat (15/11/2019) dini hari.
Dirinya lanjut menuturkan, BMKG menganggap, 90 persen tsunami memang akibat adanya patahan naik saat gempa di dalam laut. Tapi dengan perkembangan terakhir, apabila patahan geser, kemudian terjadi longsor bawah laut, itu bisa membangkitkan bangkit tsunami.
“Ini yang membuat kami menunggu, (mengawasi) ada atau tidak kenaikan permukaan air laut,” imbuhnya.
Untuk gempa kali ini, yang sebenarnya dimulai sejak tadi sore ketika terjadi Gempa di wilayah Bali Utara, Buleleng, masyarakat menurut Dwikorita nampak mulai terlatih untuk waspada. Itu terbukti dengan pergerakan mereka untuk mengungsi ke tampat yang lebih tinggi.
Begitu pula ketika berlanjut dengan guncangan gempa Malut dan Sulut Kamis jelang tengah malam, masyarakat di tempat-tempat yang terdampak goncangan kuat juga sudah mulai terlatih untuk waspada akan bahaya bencana alam.
Seperti diketahui sebelumnya, Gemnpa berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR) mengguncang Maluku Utara (Malut) sampai Sulawesi Utara (Sulut) dan berpotensi tsunami, Kamis (14/11/2019) pukul 23.17 WIB.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui akun Twitter resminya, @infoBMKG menginformasikan, pusat gempa berada 22 km barat laut Jailolo.
Akantetapi, kekuatan gempa sudah dimutakhirkan menjadi 7,1 SR dengan peringatan dini tsunami tetap diberlakukan.
“Pemutakhiran Peringatan Dini Tsunami untuk wilayah Sulut gempa M 7,1,” demikian informasi dari BMKG, seperti dilihat RRI, Kamis (14/11/2019).
Titik koordinat gempa tercatat di 1,67 Lintang Utara dan 126,39 Bujur Timur, dengan kedalaman 73 kilometer.
BMKG mengimbau warga agar mengikuti arahan petugas BPBD hingga BNPB.
“Saran BMKG kuti arahan peringatan dini TSUNAMI dari BPBD, BNPB dan BMKG,” tulis BMKG.
Sementara itu, tiga daerah yang terdampak gempa dan dikenakan status waspada tsunami adalah Halmahera, Kota Bitung, dan Kota ternate.
Dampak guncangan gempa hingga Halmahera Barat, Halmahera Tengah, dengan paling keras dirasakan warga Kota Ambon.
Warga Ternate Malut sudah mengungsi ke tempat tinggi (dataran tinggi), warga Minahasa Utara juga sudah berada di titik kumpul menunggu perintah BPBD setempat, Bahkan warga Gorontalo juga sudah mulai bersiap menuju pengungsian di dataran tinggi.
BMKG juga memprakirakan, potensi ketinggian rsunami yang bakal menerjang hingga 0,5 meter untuk wilayah Sulawesi Utara.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengutarakan, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, masuk ke level waspada potensi tsunami. Rahmat mengatakan ancaman ketinggian tsunami di Minahasa 50 cm (0,5 meter).
“Waspada itu ancaman ketinggian tsunaminya kurang dari 50 cm, artinya yang cukup evakuasi itu hanya masyarakat yang ada di sekitar pantai aja, yang level waspada di Minahasa Utara, kemungkinan tak masuk daratan, namun harus tetap waspada,” kata Triyono kepada wartawan, Kamis (14/11/2019).