Beritakota.id, Jakarta – Harga minyak turun tipis pada awal perdagangan di sesi Asia hari Selasa (22/07/2025) karena ada kekhawatiran akan perang dagang yang memanas antara konsumen minyak mentah utama AS dan Uni Eropa. Hal ini dianggap bisa menghambat pertumbuhan permintaan bahan bakar dengan menurunkan aktivitas ekonomi, membebani sentimen investor.
Minyak mentah Brent berjangka turun 24 sen, atau 0,35%, menjadi $68,97 per barel pada pukul 07:55 WIB setelah ditutup melemah 0,1% pada hari Senin. Minyak mentah West Texas Intermediate AS diharga $66,99 per barel, turun 21 sen, atau 0,31%, setelah turun 0,2% pada sesi sebelumnya. Kontrak WTI Agustus berakhir pada hari Selasa dan kontrak September yang lebih aktif (CLc2) turun 23 sen, atau 0,35%, menjadi $65,72 per barel.
Namun, pasar minyak masih belum menemukan arah sejak gencatan senjata pada 24 Juni yang mengakhiri konflik antara Israel dan Iran, yang menghilangkan kekhawatiran tentang gangguan pasokan besar-besaran di wilayah penghasil utama di Timur Tengah.
Baca juga : Sanksi Eropa Ke Rusia Dorong Harga Minyak Sedikit Turun
Sejak itu, Brent diperdagangkan di kisaran $5,19 dan WTI di kisaran $5,65 karena kekhawatiran pasokan telah mereda berkat peningkatan produksi oleh produsen-produsen utama, dan investor semakin khawatir tentang ekonomi global di tengah perubahan kebijakan perdagangan AS. Namun, melemahnya dolar AS telah memberikan dukungan bagi minyak mentah karena pembeli yang menggunakan mata uang lain membayar relatif lebih rendah.
Harga telah merosot “karena kekhawatiran perang dagang mengimbangi dukungan oleh pelemahan (dolar AS). Ada kemungkinan eskalasi sengketa perdagangan antara AS dan Uni Eropa terkait tarif.
Uni Eropa sendiri sedang menjajaki serangkaian tindakan balasan yang lebih luas terhadap Amerika Serikat karena prospek perjanjian perdagangan yang dapat diterima dengan Washington memudar, menurut para diplomat Uni Eropa. AS mengancam akan mengenakan tarif 30% atas impor Uni Eropa pada 1 Agustus jika kesepakatan tidak tercapai.
Terdapat pula tanda-tanda peningkatan pasokan telah memasuki pasar seiring Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya mengakhiri pemangkasan produksi. Ekspor minyak mentah Arab Saudi pada bulan Mei mencapai level tertinggi dalam tiga bulan, menurut data dari Joint Organizations Data Initiative (JODI) pada hari Senin. (Lukman Hqeem)
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan