Beritakota.id, Kota Tegal – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tegal, Bimala, mengikuti media briefing daring bersama Kepala KPw BI Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, pada Senin (17/2).
Acara yang berlangsung di Kantor BI Tegal ini diikuti awak media dari Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes.
Dalam acara tersebut, dibahas pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, inflasi nasional, dan khususnya deflasi yang terjadi di Kota Tegal.
Rahmat Dwisaputra memaparkan lima bauran kebijakan BI yang mendukung program “Asta Cita” pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yaitu: Ketahanan dan hilirisasi pangan, Hilirisasi dan pengembangan industri, Digitalisasi dan ekonomi hijau, Penguatan SDM dan Pemberdayaan desa dan perekonomian.
Rahmat juga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2024 mencapai 4,95% (yoy), sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi nasional (5,03% yoy). Pertumbuhan tertinggi tercatat di wilayah eks-Karesidenan Pekalongan, khususnya Kabupaten Batang, yang didorong oleh investasi dan operasionalisasi tenant di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang.
Sementara itu, Bimala menjelaskan bahwa Kota Tegal mengalami deflasi 0,49% (mtm) pada Januari 2025, lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya (0,48% mtm), lebih dalam dari deflasi Jawa Tengah (0,46% mtm), namun lebih tinggi dari deflasi nasional (0,76% mtm). Inflasi tahunan Kota Tegal tercatat 1,76% (yoy), masih dalam target 2,5% ± 1% (yoy). Meskipun inflasi Kota Tegal sebelumnya lebih tinggi dibanding Jawa Tengah dan nasional, kini telah terkendali.
Deflasi di Kota Tegal terutama didorong oleh penurunan tarif listrik (-1,11% mtm) akibat diskon PLN, disertai penurunan harga bawang merah Brebes (-0,08% mtm), tarif kereta api (-0,03% mtm), harga mobil (-0,03% mtm), dan ketimun (-0,02% mtm). Deflasi tarif listrik juga terjadi di Cilacap, Purwokerto, Semarang, dan Tegal, sementara tarif kereta api hanya stabil di Solo dan Wonogiri.
Bimala memprediksi Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Tegal sepanjang 2025 akan tetap terjaga dalam target, didukung oleh pelemahan El Nino (prakiraan BMKG) dan penguatan GNPIP. Sinergi pengendalian inflasi berbasis 4K (Ketersediaan, Keterjangkauan, Kelancaran, Komunikasi) terus dilakukan.
Terkait dampak banjir awal tahun 2025 di Brebes, Bimala menjelaskan bahwa setelah klarifikasi kepada Dinas dan kelompok tani, luas lahan bawang merah yang terdampak hanya 30 Ha, bukan 400 Ha seperti diberitakan sebelumnya. Produksi bawang merah Brebes tetap surplus hingga Maret 2025, diperkirakan mencapai 14 ribu ton pada Februari dan 12 ribu ton pada Maret.
Rencana tindak lanjut meliputi perbaikan tanggul, pemeliharaan saluran air, percepatan pembangunan waduk, dan perluasan wilayah tanam bawang merah.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan