Beritakota.id, Jakarta – Indonesia sebagai negara adidaya dalam bidang kesenian tradisi kembali menunjukkan taringnya dalam kancah budaya dunia. Melalui kolaborasi strategis antara LINI (Lembaga Irama Nasional Indonesia) dan ASETI (Asosiasi Seniman Tari Indonesia), sebuah terobosan kebudayaan diluncurkan dengan memperkenalkan Tari Keroncong Nusantara, sebuah social dance atau tari pergaulan berbasis musik keroncong yang diciptakan khusus untuk memperluas pemahaman dan apresiasi terhadap irama asli Indonesia.
Peluncuran Tari Keroncong Nusantara ini dilangsungkan bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2025 lalu, di Museum Layang-Layang, Jakarta. Tarian ini diselaraskan dengan lagu berirama keroncong remix karya Rudy Octave, yang sekaligus menjadi bentuk pengkaryaan lintas seni antara musik dan tari. Gerakan tari ini digarap oleh empat seniman tari ternama: Gita Novia, Atien Kisam, Aty Widyawaty, dan Wahyuni Dauly.
Ketua LINI, Rudy Octave, menegaskan pentingnya penamaan, kodifikasi, dan pendokumentasian irama asli Indonesia. “Irama adalah penemuan seni yang sangat penting. Ketika diberi elemen melodi dan harmoni, ia menjelma menjadi musik entitas budaya paling luar biasa yang mampu memengaruhi spiritualitas dan ekonomi masyarakat,” jelas Rudy.
Sayangnya, meski memiliki ragam irama lokal seperti dangdut, zapin, keroncong, hingga tarling, banyak irama Nusantara lainnya yang belum terdokumentasi dengan baik. LINI hadir sebagai lembaga yang bertugas mencatat dan mengangkat kembali khazanah irama Indonesia agar dapat dimonetisasi dan memberi manfaat bagi para pelaku seni.
Menurut Agustina Rochyanti, Ketua Umum ASETI, “Irama dan tari adalah dua elemen penting dalam seni pertunjukan. Irama memberi struktur pada tari, memperkuat ekspresi, dan menciptakan suasana. Oleh karena itu, sinergi ini menjadi penting untuk dikembangkan.”
Baca juga : Rudy Octave Mencari dan Identifikasi Irama Asli Indonesia
ASETI menyambut baik kerja sama dengan LINI dalam menciptakan pola dasar gerak tari yang bisa diadaptasi oleh komunitas penari di seluruh Indonesia, mulai dari Line Dance, aerobik, hingga senam. Dalam acara “Menari Bersama Tari Keroncong Nusantara”, ASETI juga meluncurkan video tutorial tari yang terdiri dari 6 ragam gerak sederhana dan 10 ragam gerak lengkap. Komunitas Line Dance pimpinan Ibu Elis yang telah menjuarai berbagai ajang internasional juga turut memperagakan tari ini untuk pertama kalinya.
Kolaborasi LINI dan ASETI bukan hanya sebuah inovasi seni, namun merupakan strategi budaya dalam upaya mendorong Keroncong untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO. “Tujuan utama kami adalah memberikan kontribusi nyata agar musik keroncong segera mendapatkan pengakuan dunia,” ujar Agustina.
Apresiasi terhadap terobosan ini pun datang dari Direktorat Film, Musik, dan Seni Kementerian Kebudayaan RI yang diwakili oleh Wahyu Listiyaningsih. “Saya sangat mengapresiasi inisiatif ini yang concern terhadap pelestarian dan pengembangan musik keroncong melalui gerak tari. Semoga gerakan ini terus berlanjut dan membawa dampak positif bagi dunia seni Indonesia,” ungkapnya.
Rudy Octave menambahkan bahwa pekerjaan belum selesai. “Keroncong hanyalah permulaan. Masih banyak irama Nusantara yang menunggu untuk diperkenalkan ke publik nasional dan internasional. Siapa tahu, suatu hari nanti, salah satu irama kita bisa menjadi kiblat musik dunia.”
LINI dan ASETI mengajak seluruh masyarakat, pelaku seni, serta institusi budaya untuk bergabung dalam gerakan pelestarian irama dan tari Nusantara. “Karena tanpa peran serta kita semua, pekerjaan mulia ini tidak akan berjalan,” tutup Rudy. (Herman Effendi)